terjawabA. Bagaimana pilihan kata yang digunakan pengarang? B. Apakah kalimat kalimat kalimat memiliki keunikan dan kekuatan untuk membangun cerita? Buku kkpk yang rahasia mama Tolong dibantu y Jawaban 4.1 /5 341 fajarnurul671 A.Pilihan yg baik dan benar B.iya,karena disitulah keunikan yg bisa orang tertarik dengan cerita itu #maaf klo salh
Bagaimana Pilihan Kata Yang Digunakan Pengarang – Bagaimana Pilihan Kata Yang Digunakan Pengarang Setiap pengarang memiliki cara mereka sendiri ketika menulis. Salah satu hal utama yang harus diperhatikan adalah bagaimana pengarang memilih kata-kata untuk digunakan dalam karya mereka. Dengan pemilihan yang tepat, penulis dapat menciptakan efek yang kuat dan menarik, menyampaikan makna dalam teks, dan membantu membangun makna yang lebih dalam. Pilihan kata yang tepat dapat membantu menciptakan kesan yang kuat. Pengarang dapat memilih kata-kata yang berbeda untuk menciptakan suasana atau sensasi tertentu. Misalnya, kata-kata yang lebih lunak dapat membuat teks terdengar lebih halus dan lembut, sementara kata-kata yang lebih keras dapat memberikan kesan yang lebih energik. Kata yang dipilih juga dapat menentukan nilai-nilai dan sikap dari teks. Kata-kata yang lebih keras dapat mengekspresikan sikap yang lebih agresif, sedangkan kata-kata yang lebih lunak dapat mengekspresikan sikap yang lebih lembut. Dalam beberapa kasus, penulis mungkin memilih kata-kata agar makna yang disampaikan teks lebih jelas. Pengarang juga dapat memilih kata-kata untuk menciptakan ritme tertentu, misalnya dengan memilih kata-kata yang memiliki awalan yang sama. Ini dapat membantu menciptakan suasana yang berbeda dan membantu membangun teks. Kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat adalah salah satu keahlian yang penting bagi setiap pengarang. Kata yang dipilih dapat membantu menentukan suasana, nilai, dan makna yang disampaikan teks. Ini juga dapat membantu menciptakan efek yang kuat dan menarik. Dengan menggunakan kata-kata yang tepat, pengarang dapat menciptakan teks yang luar biasa. Daftar Isi 1 Penjelasan Lengkap Bagaimana Pilihan Kata Yang Digunakan -Pentingnya memilih kata-kata yang tepat ketika -Efek yang kuat dan menarik dapat diciptakan dengan pemilihan kata-kata yang -Bagaimana kata-kata yang dipilih dapat membantu menciptakan suasana atau sensasi -Kata yang dipilih dapat menentukan nilai-nilai dan sikap dari -Bagaimana kata-kata yang dipilih dapat menciptakan ritme -Kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat adalah keahlian penting bagi setiap pengarang Penjelasan Lengkap Bagaimana Pilihan Kata Yang Digunakan Pengarang Ketika menulis, memilih kata yang tepat adalah salah satu faktor paling penting untuk menciptakan karya yang tepat dan menarik. Dengan kata lain, pemilihan kata yang tepat adalah aspek penting dalam penulisan yang menentukan keterampilan menulis seseorang. Kata-kata adalah media untuk menyampaikan pesan. Ini berarti bahwa kata-kata yang dipilih oleh pengarang akan menentukan jenis pesan yang dikirimkan. Misalnya, jika seseorang menggunakan kata-kata yang negatif, pesannya akan menjadi lebih kelam. Namun, jika seseorang menggunakan kata-kata yang bersifat positif, pesan akan lebih menyenangkan. Selain itu, kata-kata yang dipilih oleh pengarang juga dapat mempengaruhi bagaimana orang lain menanggapi karya mereka. Misalnya, jika pengarang menggunakan bahasa yang kompleks, maka orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang topik tersebut mungkin akan merasa kesulitan untuk memahaminya. Sebaliknya, jika pengarang menggunakan bahasa yang sederhana, orang lain akan lebih mudah memahami pesannya. Kata-kata yang dipilih pengarang juga dapat mencerminkan gaya mereka. Menggunakan kata-kata yang tepat adalah cara yang efektif untuk meningkatkan gaya penulisan seseorang. Menggunakan kata yang tepat dapat membantu pengarang menciptakan alur cerita yang unik dan menarik. Kata-kata yang dipilih oleh seorang pengarang juga dapat mempengaruhi bagaimana orang lain merasakan teks tersebut. Misalnya, ketika seseorang menggunakan kata-kata yang menyebabkan orang lain merasakan emosi tertentu, seperti kesedihan atau kegembiraan, maka ini akan membantu pembaca menyambut teks tersebut dengan lebih baik. Secara keseluruhan, memilih kata yang tepat ketika menulis sangat penting. Hal ini karena memilih kata yang tepat akan mempengaruhi bagaimana pengarang menyampaikan pesannya, bagaimana orang lain menanggapi karya mereka, dan bagaimana orang lain merasakan teks tersebut. Oleh karena itu, pengarang harus memilih kata-kata dengan hati-hati agar dapat menyampaikan pesan mereka dengan benar. -Efek yang kuat dan menarik dapat diciptakan dengan pemilihan kata-kata yang tepat Pemilihan kata yang tepat adalah salah satu cara yang paling efektif untuk menciptakan efek yang kuat dan menarik dalam penulisan. Setiap pengarang harus menemukan cara untuk menyampaikan maksudnya dengan menggunakan kata-kata yang tepat, yang mampu menghadirkan perasaan dan pikiran tertentu bagi pembaca. Dengan menggunakan bahasa yang tepat, pengarang dapat memberikan teks yang menarik bagi pembaca. Kelas tertentu kata-kata memiliki nuansa yang berbeda, dan memilih kata yang tepat akan membantu pengarang menciptakan suasana tertentu. Kata yang dipilih harus menggambarkan jenis suasana yang diinginkan oleh pengarang. Sebagai contoh, jika pengarang ingin menciptakan suasana yang menakutkan, ia harus memilih kata-kata yang menggambarkan hal itu, seperti “gelap”, “teror”, “menakutkan”, dan sebagainya. Jika pengarang ingin menciptakan suasana yang romantis, ia harus memilih kata-kata yang menggambarkan hal itu, seperti “cinta”, “kasih sayang”, “kehangatan”, dan sebagainya. Pilihan kata yang tepat juga dapat membantu pengarang menggambarkan karakter. Kata-kata yang dipilih harus menggambarkan watak, kebiasaan, dan latar belakang karakter. Sebagai contoh, jika karakter adalah seorang pria yang galak, pengarang harus memilih kata-kata yang menggambarkan hal itu, seperti “kemarahan”, “ketegaran”, dan sebagainya. Jika karakter adalah seorang wanita yang lembut, pengarang harus memilih kata-kata yang menggambarkan hal itu, seperti “lembut”, “damai”, dan sebagainya. Selain itu, kata-kata yang dipilih harus mencerminkan bahasa yang digunakan. Kata-kata yang dipilih harus sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh pengarang. Jika pengarang menggunakan bahasa yang lebih sopan, ia harus memilih kata-kata yang lebih sopan. Jika pengarang menggunakan bahasa yang lebih informal, ia harus memilih kata-kata yang lebih informal. Pilihan kata yang tepat dapat menciptakan efek yang kuat dan menarik. Kata-kata yang dipilih harus menggambarkan jenis suasana yang diinginkan, menggambarkan karakter, dan sesuai dengan bahasa yang digunakan. Dengan menggunakan bahasa yang tepat, pengarang dapat menciptakan teks yang menarik bagi pembaca. Oleh karena itu, pengarang harus memilih kata-kata dengan bijak dan berhati-hati untuk menciptakan efek yang kuat dan menarik. -Bagaimana kata-kata yang dipilih dapat membantu menciptakan suasana atau sensasi tertentu Pilihan kata yang digunakan oleh seorang penulis yang bijaksana dapat membantu menciptakan suasana atau sensasi yang ditujukan. Pemilihan kata-kata yang tepat dapat menyampaikan kesan yang berbeda dari yang lain. Penggunaan kata-kata yang berbeda juga dapat menciptakan suasana atau sensasi tertentu. Suatu contoh adalah penggunaan kata-kata yang menyampaikan kesan romantis atau kesedihan. Kata-kata seperti ini dapat membantu menciptakan suasana cinta atau kesedihan. Contohnya, “Dia dengan lembut membelai punggungku” dapat menciptakan sensasi romantis, sementara “Aku merasa sepi dan hampa tanpamu” dapat menciptakan suasana kesedihan. Kata-kata yang dipilih juga dapat menciptakan suasana atau sensasi yang lebih konkret. Penggunaan kata-kata yang lebih spesifik seperti “Suasana malam itu sangat menenangkan, dengan angin yang bertiup lembut” dapat menciptakan suasana yang lebih nyata bagi pembaca. Kata-kata yang dipilih juga dapat membantu menciptakan suasana yang lebih misterius. Penggunaan kata-kata seperti “Ketika malam tiba, rahasia mengintai di balik kegelapan” dapat membantu menciptakan suasana yang misterius. Sebaliknya, penggunaan kata-kata yang terlalu spesifik dapat mengurangi efek suasana yang ingin diciptakan. Dengan demikian, penulis harus berhati-hati dalam memilih kata-kata yang akan digunakan untuk menciptakan efek tertentu. Penulis juga harus memilih kata-kata yang sesuai dengan suasana yang ingin diciptakan. Kata-kata seperti “padang pasir” tidak akan membantu menciptakan suasana alam yang hijau. Oleh karena itu, penulis harus memilih kata-kata yang sesuai dengan pengalaman atau perasaan yang ingin diciptakan. Kesimpulannya, pilihan kata-kata yang tepat dapat membantu menciptakan suasana atau sensasi tertentu. Penulis harus berhati-hati dalam memilih kata-kata yang akan digunakan agar suasana yang diciptakan sesuai dengan tujuan. Dengan menggunakan kata-kata yang tepat, penulis dapat menciptakan suasana yang kuat dan menarik bagi pembaca. -Kata yang dipilih dapat menentukan nilai-nilai dan sikap dari teks Kata yang dipilih oleh seorang penulis dapat menentukan nilai-nilai dan sikap yang diungkapkan dalam teks. Kata-kata yang dipilih dapat mengungkapkan sudut pandang atau pendapat tentang sesuatu, menyampaikan informasi secara eksplisit atau implisit, dan membantu pembaca untuk memahami tema dan tujuan teks. Kata-kata yang dipilih oleh penulis dapat menyampaikan nilai dan sikap yang diinginkannya. Penulis dapat memilih kata-kata yang mencerminkan nilai-nilai seperti kebaikan, keadilan, kejujuran, atau kasih sayang. Dengan menggunakan kata-kata ini, penulis dapat mengungkapkan pendapatnya tentang sesuatu, atau menyampaikan sudut pandang yang berbeda. Penulis juga dapat memilih kata-kata yang menyampaikan nilai-nilai dan sikap yang berlawanan dengan yang diinginkannya. Kata-kata seperti ketidakadilan, kecurangan, kebencian, atau rasa takut dapat digunakan untuk menyampaikan suatu pesan dengan jelas. Kata-kata yang dipilih juga dapat membantu pembaca untuk memahami tema dan tujuan teks. Dengan menggunakan kata-kata yang tepat, penulis dapat mengarahkan pembaca untuk memahami tujuan dari teks tersebut. Dengan menggunakan kata-kata yang tepat, penulis juga dapat menyampaikan tema teks dengan jelas. Kesimpulannya, kata-kata yang dipilih oleh seorang penulis dapat menentukan nilai-nilai dan sikap yang diungkapkan dalam teks. Dengan memilih kata-kata yang tepat, penulis dapat mengarahkan pembaca untuk memahami tujuan dari teks tersebut, serta menyampaikan nilai-nilai dan sikap yang diinginkan. Dengan demikian, kata-kata yang dipilih oleh pengarang dapat membantu pembaca untuk memahami tema dan tujuan teks. -Bagaimana kata-kata yang dipilih dapat menciptakan ritme tertentu Ketika menulis, bagaimana pilihan kata yang digunakan pengarang dapat menciptakan ritme tertentu sangat penting. Ritme adalah bentuk musikal atau jeda yang diciptakan oleh pengulangan kata-kata, fonem, suku kata, dan frase. Ini adalah bagian yang sangat penting dari menulis, karena ritme membantu membawa pengarang dan pembaca ke dalam suasana hati yang tepat untuk narasi atau puisi. Untuk membuat ritme yang tepat, pengarang harus memilih kata-kata yang tepat. Pengarang dapat memilih kata-kata yang memiliki konsonan yang sama, seperti “penglihatan” dan “penerangan”. Konsonan yang sama menciptakan ritme yang lebih halus dan membuat teks lebih mudah dibaca. Selain itu, pengarang juga dapat memilih kata-kata dengan aksara yang sama atau jumlah huruf yang sama. Misalnya, kata-kata seperti “menjulang” dan “mengintai” memiliki jumlah huruf yang sama, sehingga membuat ritme yang lebih halus. Ini dapat membantu menciptakan suasana yang sama dalam narasi. Pengarang juga dapat menggunakan kata-kata dengan kata dasar yang sama. Misalnya, kata-kata seperti “jatuh” dan “naik” memiliki kata dasar “jatuh” yang sama, membuat ritme yang lebih konstan dan menciptakan suasana yang lebih hening dan menyenangkan. Pengarang juga dapat menggunakan kata-kata yang berulang. Ini adalah teknik yang sering digunakan dalam puisi dan dapat menciptakan ritme yang konstan dan membuat teks lebih mudah dibaca. Pengulangan kata-kata dapat membuat narasi lebih menarik dan membantu pembaca untuk memahami apa yang dikatakan pengarang. Teknik lain yang dapat digunakan oleh pengarang adalah memilih kata-kata dari bahasa yang berbeda. Misalnya, bahasa Inggris dan bahasa Prancis dapat digunakan untuk menciptakan ritme yang unik dan menarik. Ini dapat membantu menciptakan suasana yang berbeda dan membuat teks lebih mudah dibaca. Pengarang juga dapat menggunakan kata-kata yang memiliki arti yang berbeda. Misalnya, kata-kata seperti “panas” dan “dingin” dapat digunakan untuk menciptakan suasana yang berbeda dan membuat teks lebih mudah dipahami. Pengarang juga dapat menggunakan kata-kata yang memiliki efek suara yang berbeda. Misalnya, kata-kata seperti “tepuk” dan “bunyi” dapat menciptakan suasana yang berbeda dan membuat teks lebih mudah dipahami. Dengan menggunakan kata-kata yang tepat, pengarang dapat menciptakan ritme yang tepat untuk teksnya. Ritme ini dapat membantu membangun suasana yang tepat untuk narasi atau puisi, dan membuat teks lebih mudah dipahami oleh pembaca. -Kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat adalah keahlian penting bagi setiap pengarang Kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat adalah keahlian penting bagi setiap pengarang. Pilihan kata adalah salah satu alat yang paling ampuh untuk menyampaikan pesan dengan tepat dan mengubah suasana hati pembaca. Dengan menggunakan kata-kata yang tepat, pengarang dapat menciptakan rasa yang dapat ditangkap oleh pembaca. Memilih kata yang tepat adalah keahlian yang penting bagi pengarang, karena pilihan yang salah dapat menyebabkan pesan yang salah dipahami. Jika kata-kata yang salah dipilih, maka makna yang dimaksudkan tidak dapat dikomunikasikan dengan tepat, yang akan mengganggu seluruh pengalaman membaca. Dengan menggunakan kata-kata yang tepat, pengarang dapat menggambarkan karakter dan situasi dengan jelas dan akurat, menciptakan sebuah dunia yang hidup bagi pembaca. Pengarang harus mempertimbangkan banyak hal ketika memilih kata-kata yang tepat. Mereka harus memahami konteks dalam mana kata-kata tersebut akan digunakan, serta mengantisipasi bagaimana pembaca akan menerjemahkan makna. Selain itu, mereka juga harus mempertimbangkan berbagai nilai budaya dan sosial yang terkait dengan kata-kata yang dipilih. Jika pengarang tidak dapat memilih kata-kata yang tepat, maka makna yang dimaksudkan dapat terdistorsi, atau bahkan sama sekali tak terkomunikasikan. Oleh karena itu, pengarang harus memastikan bahwa kata-kata yang dipilih memiliki makna yang tepat dan tepat guna. Pilihan kata dapat juga mempengaruhi rasa dan suasana hati yang dirasakan oleh pembaca. Pengarang harus benar-benar memahami konsep bahasa yang ingin mereka gunakan, dan harus memastikan bahwa pilihan kata yang dipilih dapat menyampaikan makna yang dimaksudkan dengan tepat. Mereka juga harus mempertimbangkan bagaimana kata-kata tersebut akan disampaikan dan diterima oleh pembaca. Kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat adalah keahlian penting bagi setiap pengarang. Pilihan kata dapat membantu pengarang menyampaikan pesan dengan tepat, serta mempengaruhi suasana hati dan rasa yang dirasakan oleh pembaca. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, pengarang harus benar-benar memahami konsep bahasa yang ingin mereka gunakan, serta mempertimbangkan berbagai nilai budaya dan sosial yang terkait dengan kata-kata yang dipilih.
Bagaimanajudul dan tema dikembangkan? Apakah ada keunikanBagaimana pengarang mengembangkan latar cerita?Bagaimana pengarang mengembangkan tokoh dan watak tokoh?Bagaimana pilihan kata yang digunakan pengarang?Apakah kalimat-kalimatnya memiliki keunikan dan keluasan untukmembangun cerita?Tokoh mana yang paling kamu sukai dan mengapa? . Question from @sunarni2305 - B. Indonesia
TUGAS BULAN 2 1. Pilihan Kata Diksi 2. Kalimat Efektif 3. Alinea atau Paragraf Nama Erianti Anggraini NPM 12113919 Kelas 3KA17 UNIVERSITAS GUNADARMA PTA 2015/2016 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam suatu kalimat entah itu dalam bentuk lisan atau tulisan, pasti terdapat ungkapan terhadap tanggapan atau objek yang kita lihat atau dengar. Dikenal dengan istilah Diksi, kita bisa membedakan kata umum dan kata khusus sesuai dengan kondisi yang ada. Selain kita memerlukan Diksi dalam pelafalan kalimat, kalimat efektif juga diperlukan dalam kehidupan sehari – hari agar dalam pengaplikasianya tidak menimbulkan kalimat rancu. Tanpa kita sadari, kita sering melakukan kesalahan pada kalimat efektif menjadi tidak efektif lagi. Maka dari itu, diperlukanya kita mempelajari kalimat efektif ini agar kita tidak salah dalam menggunakan kalimat efektif ini. Salah satu syarat kalimat itu menjadi efektif adalah kerangka paragraf yang berurut dan benar. Jika paragraph tidak digunakan dalam membuat suatu kalimat, pasti kalimat itu menjadi tidak relevan. Sebuah paragraf harus memiliki arti atau penjelasan terhadap topic yang sedang dibahas. Rumusan Masalah Bagaimana cara membuat memilih pilihan kata yang tepat agar menjadi kalimat yang efektif dan menyusunya ke dalam sebuah paragraph atau alinea. Tujuan Penulisan 1. Dapat memahami pilihan kata Diksi dalam sebuah kalimat. 2. Dapat mendeteksi kesalahan dalam ketidak efektifan suatu kalimat. 3. Mengetahui apa pentingnya paragraph dalam suatu kalimat dan dapat membuat suatu kalimat sesuai urutan strukrur atau rangka paragraf. BAB II PEMBAHASAN PILIHAN KATA DIKSI Pengertian Diksi Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi yang bertalian dengan ungkapan-unkapan individu atau karakteristik, atau memiliki nilai artistik yang tinggi. Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi daripada pemilihan kata dan gaya. Wikipedia Diksi Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa. Selain itu juga Diksi, digambarkan dengan kata – seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya. Atau kemampuan membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Denotatif dan Konotatif Denotatif Makna Denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Singkatnya, makna Denotatif adalah kata kata yang umum dan tidak menimbulkan efek kiasan. Konotatif Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Dengan kata lain, Konotatif adalah kiasan dari Denotatif yang merujuk pada kalimat atau kata khusus yang professional. Contoh Pemakaian Kata Denotatif dan Konotatif 1. D à Buah Apel itu manis dan lezat. K à Warna merah Buah Apel itu sangat menggoda. Pada makna Denotatif dan Konotatif diatas, terlihat jelas sekali keduanya memiliki makna atau arti yang sama. Bahasa Denotatif dari kalimat di atas adalah manis dan lezat, makna umum yang memang ditujukan untuk sesuatu yang bisa dimakan. Konotatif pada contoh diatas merujuk pada perasaan atas apa yang dia lihat dan dia rasakan ketika melihat buah Apel itu. 2. Perhatikan kalimat berikut ini “Bapak itu banting tulang agar dapat menafkahi keluarganya” Makna Denotatif pada kalimat ini adalah “Banting” dan “Tulang. Maksudnya makna “Banting Tulang” adalah bekerja keras. Maka dari itu, makna banting tulang tersebut adalah makna Konotatif KALIMAT EFEKTIF Pengertian Kalimat Efektif Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis. Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa syarat sebagai berikut 1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya. 2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis. 3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya dengan tepat. 4. Sistematis dan tidak bertele-tele. Prinsip-Prinsip Kalimat Efektif a. Kesepadanan Struktur Kespadanan adalah keseimbangan antara gagasan atau pemikiran dengan struktur bahasa yang dipakai dalam kalimat. Kesepadanan dalam kalimat ini diperlihatkan dengan adanya kesatuan gagasan dan kesatuan pikiran. Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadanan struktur, yaitu o Memiliki subjek dan predikat yang jelas. Contoh - Bagi semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study tour. Tidak efektif - Semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegaiatan study tour. Efektif Untuk menghindari ketidak jelasan subjek, hindarilah pemakaian kata depan Preposisi di depan Subjek. o Tidak memiliki subjek yang ganda di dalam kalimat tunggal. Contoh - Pembangunan Jalan itu kami dibantu oleh semua warga desa. Tidak Efektif - Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh semua warga desa. Efektif b. Kepararelan Bentuk Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan di dalam kalimat. Yang dimaksud dengan kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk verba, maka kata selanjutnya berbentuk verba. Namun, jika kata pertama berbentuk nomina, maka kata selanjutnya berbentuk nomina. Contoh - Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan pengaplikasian definisi kaliamt efektif. Tidak efektif - Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan mengaplikasikan definisi kalimat efektif. Efektif c. Kehematan Kata Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan. Untuk menghindari pemborosan kata di dalam kalimat, hal yang harus diperhatikan adalah o Menghindari unsur yang sama pada kalimat majemuk. Contoh àSaya tidak suka buah apel dan saya tidak suka duren. Tidak efektif àSaya tidak suka buah apel dan duren. Efektif o Menghindari kesinoniman dalam kalimat. Contoh à Saya hanya memiliki 3 buah buku saja. Tidak efektif à Saya hanya memiliki 3 buah buku. Efektif o Menghindari penjamakan kata pada kata jamak à Para mahasiswa-mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. Tidak efektif àPara mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. Efektif d. Kecermatan Cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan makna ganda. Contoh à Guru baru pergi ke ruang guru. Tidak efektif à Guru yang baru pergi ke ruang guru. Efektif e. Ketegasan Kalimat efektif memberikan penegasan kepada ide pokonya sehingga ide pokonya menonjol di dalam kalimat tersebut. Berikut cara memberikan penegasan pada kalimat efektif. o Meletakan kata kunci di awal kalimat. Contoh à Sudah saya baca buku itu. Tidak efektif à Buku itu sudah saya baca. Efektif o Mengurutkan kata secara bertahap. Contoh à Pertemuan itu dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan presiden. Tidak efektif à Pertemuan itu dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan gubernur. Efektif f. Kepaduan Kalimat efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah. Contoh à Budi membicaran tentang pengalaman liburannya. Tidak efektif à Budi membicarak pengalaman liburannya. Efektif g. Kelogisan Ide kalimat dalam kaliamat efektif dapat diterima atau dimengerti oleh akal dan sesuai dengan kaidah EYD. Contoh à Waktu dan tempat kami persilahkan! Tidak efektif à Bapak kepala sekolah kami persilahkan! Efektif Demikianlah prinsip-prinsip dalam kalimat efektif yang harus ada atau dipenuhi dalam pembuatan kalimat efektif agar tujuan komunikatif kalimat tersebut dapat tersampaikan dengan jelas kepada pendengar atau pembacanya. Jenis Kesalahan Dalam Menyusun Kalimat 1. Pleonastis Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir berlebihan, yang sebenarnya tidak perlu. Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis antara lain à Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan. 2. Kontaminasi Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada kalimat berikut ini à Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi. Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya dihilangkan. ü Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi. 3. Salah pemilihan kata Contoh à Saya mengetahui kalau ia kecewa. ü Saya mengetahui bahwa ia kecewa. 4. Salah nalar Contoh à Bola gagal masuk gawang. ü Bola tidak masuk gawang. 5. Pengaruh bahasa asing atau daerah interferensi o Bahasa asing à Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja. Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat berikut “I live in Semarang where my mother works.” Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi ü Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja. o Bahasa daerah à Anak-anak sudah pada datang. Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi ü Anak-anak sudah datang. 6. Kata depan yang tidak perlu à Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru. Agar menjadi efektif, sebaiknya kita menghilangkan kata depan di, sehingga kalimatnya menjadi ü Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru. Beberapa Hal Yang Mengakibatkan Suatu Tuturan Kata Menjadi Kurang Efektif 1. Kurang padunya kesatuan gagasan. Setiap tuturan terdiri atas beberapa satuan gramatikal. Agar tuturan itu memiliki kesatuan gagasan, satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap dan mendukung satu ide pokoknya. Kita bisa melihat pada contoh berikut “Program aplikasi MS Word dapat Anda gunakan sebagai pengolah kata. Dengan program ini Anda dapat melakukan berbagai aktivitas perkantoran seperti mengetik surat atau dokumen. MS Word adalah produk peranti lunak keluaran Microsoft.” Kalimat-kalimat pada contoh tersebut tidak mempunyai kesatuan gagasan. Seharusnya setelah diungkapkan gagasan tentang “fungsi MS Word” pada kalimat pertama, diungkapkan gagasan lain yang saling bertautan. 2. Kurang ekonomis pemakaian kata. Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam tuturan. Sebaiknya kita menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari sudut maknanya, misalnya “ Cuaca hari ini sangat begitu panas” Penggalan Kalimat ini sangat tidak efektif karena kata “Begitu” pada kalimat ini sangatlah tidak perlu. Lebih baik kalimat tersebut menjadi “Cuaca hari ini sangat panas” 3. Kurang logis susunan gagasannya. Tulisan dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat pada contoh berikut “Karena zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam itu sangat bermanfaat untuk tubuh kita. Semua makhluk dalam hidupnya memerlukan zat putih telur, manusia untuk melanjutkan hidupnya perlu akan zat putih telur.” Kita dapat membuat tulisan itu menjadi efektif seperti berikut “Semua makhluk hidup memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam. Manusia adalah makhluk hidup. Jadi, manusia memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam untuk melanjutkan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa telur dan daging ayam sangat bermanfaat bagi tubuh.” 4. Pemakaian kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya. “Sehubungan dengan hal itu Takdir Alisyahbana bilang bahwa hal bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa internasional.” Pemakaian kata bilang tidak tepat untuk ragam bahsa keilmuan, sehingga kata-kata tersebut sebaiknya diganti dengan mengatakan. 5. Konstruksi yang bermakna ganda. Suatu kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah, namun kadang-kadang mengandung tafsiran ganda ambigu sehingga tergolong kalimat yang kurang efektif. Kalimat yang memiliki makna ganda dapat kita lihat pada kalimat-kalimat “Istri kopral yang nakal itu membeli sepatu.” Unsur yang nakal itu menerangkan istri atau kopral ? Jika yang dimaksud nakal adalah istri, maka kalimat itu seharusnya menjadi “Istri yang nakal kopral itu membeli sepatu.” 6. Penyusunan kalimat yang kurang cermat. Penyusunan yang kurang cermat dapat mengakibatkan nalar yang terkandung di dalam kalimat tidak runtut sehingga kalimat menjadi kurang efektif. “Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah untuk mengelola sejumlah manusia memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.” Kalimat tersebut dapat diperbaiki seperti berikut “Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan, yakni pengelolaan sejumlah manusia, memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.” 7. Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar. Dalam kalimat yang berisi perincian, satuan-satuan dalam perincian itu akan lebih efektif jika diungkapkan dalam bentuk sejajar. Jika dalam suatu kalimat perincian satu diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat, perincian lainnya juga diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat juga sejajar. Contoh kalimat yang perinciannya tidak sejajar “Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, mengklasifikasikan data, dan menganalisis data.” Seharusnya “Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, pengklasifikasian data, dan penganalisisan data.” Cara Menulis Kalimat Efektif 1. Mengetahui Tujuan Tulisan Suatu tulisan dibuat pasti dengan tujuan tertentu, misal mendidik, membujuk, menyuruh, atau berbagi informasi. Bertanyalah pada diri sendiri apa yang ingin dicapai oleh tulisan kita? Dengan mengetahui tujuan tulisan, kita dapat menyusun kalimat-kalimat yang mendukung pencapaian tujuan tersebut. 2. Menentukan Gaya Penyampaian Gaya penyampaian tidak berarti mempermanis pesan yang pahit. Kita bisa menanggapi keluhan secara efektif dengan cara menghilangkan kemarahan si pengeluh “Kami memahami keluhan Anda. Kami meminta maaf atas ketidakpuasan Anda.” Kemudian sampaikan pendapat kita “Kami menerima semua keluhan pelanggan kami secara sungguh-sungguh dan mencoba untuk menangani penyebab keluhan tersebut”. Pesan yang kita disampaikan akan lebih efektif jika kita menyampaikannya secara profesional. 3. Menyampaikan Secara Positif Menyampaikan gagasan secara positif memudahkan pembaca menangkap pesan yang ingin kita sampaikan. Menyampaikan pesan secara negatif memancing tanggapan negatif pula. Contoh penyampaian secara negatif “Mustahil bagi saya untuk memenuhi tenggat waktu itu.” Alih-alih, sampaikan pesan secara positif, misal “Mari kita bahas jadwal dan tenggat waktu yang dapat kita tepati bersama.” 4. Mengukur Keluaran Keefektifan tulisan dapat diukur dari keluarannya. Bertanyalah pada diri sendiri bagaimana tanggapan pembaca terhadap pesan yang kita sampaikan? Jika tulisan kita efektif, pembaca akan memahami pesan yang kita sampaikan dan akan menjawab apa yang kita perlukan atau menerima penjelasan kita. Contoh, jika kita menulis tentang suatu produk terbaru dan kita menerima banyak permintaan akan penjelasan lebih lanjut, berarti tulisan kita tidak mampu mencapai tujuannya, yakni menjelaskan produk baru. 5. Mengenali Pembaca Pengenalan akan pembaca sasaran membantu kita membentuk tulisan. Pikirkan tentang siapa yang akan membaca tulisan kita, apa saja yang sudah mereka ketahui, dan bagaimana menyajikan gagasan secara efektif bagi mereka. Contoh, dalam suatu laporan internal perusahaan, kita bisa gunakan istilah atau singkatan yang telah dipahami para rekan kerja. Dalam surat kepada pelanggan baru, kita harus hindari istilah teknis dan sebaiknya menyertakan informasi tentang perusahaan kita. Kita menulis tidak untuk memuaskan diri kita, tetapi kita menulis untuk mencapai suatu tujuan. 6. Mempertimbangkan Konteks Kita sebaiknya tidak hanya mengenali pembaca tulisan kita, tetapi juga aras formalitas yang pantas. Beberapa tempat mengharuskan tulisan yang resmi profesional, sedangkan beberapa tempat lain mungkin mengijinkan tulisan yang lebih santai dengan gaya tak resmi. Ketika kita mewakili perusahaan kita, selalu sampaikan secara resmi, misal “Terimakasih Anda telah bersedia meluangkan waktu makan siang untuk membahas proposal kami.” Ketika menulis untuk keluarga atau kawan, kita mungkin tak perlu mengikuti sepenuhnya tata dan gaya bahasa, misal “Terimakasih untuk makan siang tadi! Senang bertemu denganmu.” ALINEA atau PARAGRAF Pengertian Paragraf / Alinea Paragraf disebut juga alinea. Kata tersebut merupakan serapan dari bahasa Inggris paragraph. Kata Inggris “paragraf” terbentuk dari kata Yunani para yang berarti “sebelum” dan grafein “menulis atau menggores”. Sedangkan kata alinea dari bahasa Belanda dengan ejaan yang sama. Alinea berarti “mulai dari baris baru” Adjad Sakri,1992. Paragraf atau alinea tidak dapat dipisah-pisahkan seperti sekarang, tetapi disambung menjadi satu. Menurut Lamuddin Finoza, paragraf adalah satuan bentuk bahasa yang biasanya merupakan gabungan beberapa kalimat, sedangkan dalam bahasa Yunani, sebuah paragraf paragraphos, “menulis di samping” atau “tertulis di samping” adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Jadi, paragraf atau alinea adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru dan kalimat yang membentuk paragraf atau alinea harus memperlihatkan kesatuan pikiran. Selain itu, kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf atau alinea harus saling berkaitan dan hanya membicarakan satu gagasan. Bila dalam sebuah paragraf atau alinea terdapat lebih dari satu gagasan, paragraf atau alinea itu tidak baik dan perlu dipecah menjadi lebih dari satu paragraf atau alinea. Pembagian Paragraf atau Alinea Ø Paragraf/Alinea Pembuka. Paragraf ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada segala pembicaraan yang akan menyusul kemudian. Paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan disajikan selanjutnya. Salah satu cara untuk menerik perhatian ini ialah dengna mengutip pertanyaan yang memberikan rangsangan dari para orang terkemuka atau orang yang terkenal. Sebagai awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus mampu menjalankan fungsi a Menghantar pokok pembicaraan. b Menarik minat dan perhatian pembaca. c Menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk mengetahui isi seluruh karangan Ø Paragraf/Alinea Pengembangan Paragraf pengembangan ialah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dan paragraf yang terakhir sekali di dalam bab atau anak bab. Paragraf ini mengembangkan pokok pembicaraan yang dirancang. Paragraf pengembangna mengemukakan inti persoalan yang akan dikemukakan. Satu paragraf dan paragraf lain harus memperlihatkan hubungan dengan cara ekspositoris, dengan cara deskriptif, dengan cara naratif, atau dengan cara argumentative yang akan dibicarakan pada halaman-halaman selanjutnya. Secara lebih rinci dapat dirumuskan bahwa fungsi paragraf pengembang di dalam karangan adalah a Mengemukakan inti persoalan. b Mempersiapkan dasar atau landasan bagi kesimpulan. c Meringkas alinea sebelumnya. d Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya. Ø Paragraf/Alinea Penutup Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau pada akhir suatu kesatuan yang lebih kecil di dalam karangan itu. Paragraf penutup berupa simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya. Karena paragraf ini dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan, penyajiannya harus memperhatikan hal berikut ini a Sebagai bagian penutup, paragraf ini tidak boleh terlalu panjang. b Isi paragraf harus benar-benar merupakan penutup atau kesimpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian. c Sebagai bagian paling akhir yang dibaca, hendaknya paragraf ini dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembacanya. Struktur atau Rangka Paragraf Paragraf pada umumnya dapat diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas atau kalimat pendukung. Kalimat topik adalah kalimat yang berisi ide pokok atau ide utama paragraf. Kalimat ini merupakan kalimat terpenting yang harus ada dalam setiap paragraf. Jika kalimat topik tidak ada dalam satu paragraf, berarti ide paragraf itu juga tidak ada. Adapun kalimat penjelas atau pendukung sesuai dengan namanya berfungsi mendukung atau menjelaskan ide utama yang terdapat di dalam kalimat topik. Ciri kalimat topik dan kalimat penjelas adalah sebagai berikut. Ciri kalimat topik 1. Mengandung permasalahn yang potensial untukdirinci dsn diuraikan lebih lanjut. 2. Merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri. 3. Mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu paragraf. 4. Dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung atau penghubung/transisi. Ciri kalimat penjelas 1. Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri dari segi arti. Arti kalimat ini kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu paragraf. 2. Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung/transisi. 3. Isinya berupa rincian, keterangan, contoh dan data tambahan lain yang bersifat memperjelas mendukung kalimat topik. Posisi Kalimat Topik Paragraf atau Alinea ü Pada Awal Paragraf Deduktif Kalimat pokok ditempatkan pada bagian awal paragraf sehingga paragraf bersifat deduktif, yaitu cara penguraian yang menjadikan pokok permasalahan lebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf urutan umum-khusus. ü Akhir Paragraf Induktif Kalimat pokok yang ditempatkan pada akhir paragraf akan membentuk paragraf induktif, yaitu cara penguraian yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu, barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan urutan khusus-umum. Penyajian paragraf dengan cara ini lebih sulit jika dibandingakan dengan paragraf deduktif, tetapi paragrafnya akan terasa lebih argumentatif. ü Pada awal dan akhir paragraf/alinea Kalimat pokok ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf/ alinea sehingga terbentuk paragraf/alinea campuran. Kalimat pada akhir paragraf/alinea akan lebih bersifat pengulangan atau penegasan kembali gagasan utama paragraf/alinea yang terdapat pada awal paragraf/alinea. ü Pada seluruh paragraf/alinea Seluruh kalimat yang membangun paragraf/alinea sama pentingnya sehingga tidak satu pun kalimat khusus menjadi kalimat topik. Kondisi demikian bisa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topik karena kalimat yang satu dengan yang lain sama-sama penting. Paragraf/alinea semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian yang bersifat deskriptif dan naratif. BAB III KESIMPULAN Bayangkan jika kita tidak dapat membedakan pilihan kata yang tepat untuk digunakan di kondisi tertentu, apakah akan menghasilkan tutur kalimat yang baik? Jawabanya sudah pasti tidak. Jadi, kepentingan kita memahami suatu pilihan kata atau diksi tidak bisa ditinggalkan. Dalam suatu kalimat diksi, terkadang terdapat suatu susunan kalimat yang bisa kita sebut kalimat efektif. Kalimat efektif membuat kita bisa menggunakan suatu kata untuk kalimat seperlunya saja. Tidak menimbulkan efek ambigu, salah satu fungsi adanya kalimat efektif. Suatu kalimat yang efektif harus memiliki makna dan arti sendiri. Itu mengapa ada yang namanya Paragraf atau Alinea. Paragraf adalah suatu kalimat dalam baris yang memiliki arti tertentu di setiap kalimat nya. Paragraf memiliki kerangka atau strukturnya tersendiri agar si pembaca dapat memahami jalan cerita pada suatu kalimat. Itu mengapa sangat penting bagi kita untuk memahami penempatan kalimat pembuka, kalimat klimaks, dan kalimat penutup pada suatu paragraph.
\n\n \nbagaimana pilihan kata yang digunakan pengarang
Pilihankata atau Diksi adalah pemilihan kata - kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Diksi atau Plilihan kata mencakup pengertian kata - kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata - kata yang tepat atau menggunakan ungkapan - ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 GAYA PENGARANG DALAM MENYAMPAIKAN LOKALITAS JAWA STILISTIKA CERPEN-CERPEN KARYA GUNAWAN TRI ATDMOJO Riswanda Himawan, Else Liliani, Suminto A. Sayuti Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. Jl. Colombo Yogyakarta No. 1, Karang Malang, Caturtunggal, Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. ABSTRAK Gaya kata dan gaya kalimat merupakan unsur penting dalam sebuah karya sastra khususnya cerpen. Penggunaan gaya kata dan gaya kalimat dalam karya sastra membuat pembaca memahami maksud dan tujuan penggarang dalam menulis karya sastra. Selain itu penggunaan diksi dan gaya kalimat digunakan agar pembaca mampu memahami unsur-unsur berkaitan dengan ciri khas penggarang. Terlebih dalam menggunakan aspek lokalitas dalam menulis cerita pendek. Selaras dengan pernyataan tersebut penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk gaya kata dan gaya kalimat yang digunakan penggarang dalam menyampaikan lokalitas Jawa pada cerpen-cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo. Serta mendeskripsikan gaya kata dan gaya kalimat dalam menyampaikan aspek lokalitas Jawa yang dominan digunakan dalam cerpen cerpen karya Gunawan Triadtmojo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Teknik analisis data yang digunakan berupa teknik refrensial. Refrensi yang digunakan yaitu pendapat para ahli, serta penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik baca dan catat. Penelitian ini menghasilkan data tertulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kata yang dominan digunakan oleh penggarang dalam menulis cerpen adalah gaya kata kolokial. Sedangkan gaya kalimat yang dominan digunakan adalah kalimat deklaratif. KATA KUNCI Leksikal; Gramatikal; Lokalitas Jawa; Cerpen; Gunawan Tri Atdmojo The Author's Style In Delivering Java Locality Stilistics Of Short Stories By Gunawan Tri Atdmojo. ABSTRACT Word style and sentence style are important elements in a literary work, especially short stories. The use of word style and sentence style in literary works makes the reader understand the intent and purpose of the author in writing literary works. In addition, the use of diction and sentence style is used so that the reader is able to understand the elements related to the characteristics of the author. Especially in using the locality aspect in writing short stories. In line with this statement, this study aims to describe the form of word style and sentence style used by the author in conveying Javanese locality in the short stories by Gunawan Tri Atdmojo. As well as describing the style of words and sentence styles in conveying aspects of Javanese locality which are dominantly used in short stories by Gunawan Triadtmojo. The method used in this research is a descriptive qualitative method. The data analysis technique used is a referential technique. The references used are the opinions of experts, as well as research relevant to this research. Data collection techniques used reading and note-taking techniques. This research produces written data. The results showed that the dominant style of words used by the author in writing short stories was colloquial. While the dominant sentence style used is declarative sentence. KEYWORDS Lexical; Grammatical; Java Locality; Short story; Gunawan Tri Atdmojo Pustaka Himawan, R., & Liliani, E. 2022. GAYA PENGARANG DALAM MENYAMPAIKAN LOKALITAS JAWA STILISTIKA CERPEN-CERPEN KARYA GUNAWAN TRI ATDMOJO. Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 182, 251-260. doi Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 PENDAHULUAN Tiga genre utama terdapat dan dikenal dalam karya sastra, ketiga genre tersebut adalah prosa, puisi, dan drama. Walaupun pada praktiknya, kajian stilistika lebih sering dibatasi, digunakan, dan dikhususkan dengan karya sastra berupa puisi, tidak menutup kemungkinan, bahwa stilistika juga terdapat dalam karya sastra yang lain seperti cerpen. Hal tersebut, terjadi karena seluruh karya sastra memiliki keindahan tersendiri, dalam penggunaan bahasanya Lafamane, 2020. Keindahan tersebut, sangat berkaitan erat dengan seni, pendapat tersebut selaras dengan pendapat Pradopo Prastica & Wulandari, 2020 yang menyatakan bahwa kemahiran sastrawan dalam mengolah stilistika dapat menentukan kepiawaian estetikanya. Stilistika sebagai bentuk ilmu yang mempelajarai tentang bahasa di dalam karya sastra, memiliki peran yang sangat penting, untuk menyampaikan apa yang menjadi tujuan dari karya sastra, karena pada dasarnya dalam studi kesusastraan, stilistika difungsikan untuk memberi makna pada sebuah karya sastra. Stilistika bertujuan untuk menerangkan sesuatu yang ada dalam dunia sastra ke dalam dunia bahasa sehingga memeroleh fungsi keindahan Leech & Short dalam Nurgiyantoro, 2014. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa stilistika merupakan ilmu yang bertujuan untuk memberikan pengertian berkaitan dengan keindahan bahasa dalam suatu karya sastra. Stilistika merupakan sebuah proses untuk menganalisis suatu karya sastra yang menjadikan unsur bahasa, sebagai kajiannya sehingga dapat melihat bagaimana peran sastra, dalam bahasa Wulandari dkk., 2021.. Berdasarkan pendapattersebut, dapat diketahui bahwa stilistika merupakan sebuah Langkah, untuk mengkaji karya sastra yang di dalamnya memberikan fokus bahasa sebagai objek kajiannya. Stilistika berfungsi untuk mengungkapkan penggunaan kata atau bahasa dalam kalimat, kepada para penikmat karya sastra atau pembaca. Selain itu, stilistika sebagai ilmu yang mempelajarai tentang gaya bahasa sangat berperan untuk memahami makna dan unsur keindahan estetik dalam karya sastra Christine Resnitriwati, 2016. Stilistika lebih berurusan dengan ketepatan penggunaan bentuk-bentuk kebahasaan dalam wacana konteks tertentu Nurgiyantoro, 2014. Turner dalam Prastica & Wulandari, 2020 berpendapat bahwa stilistika tidak hanya melakukan studi bahasa dalam karya sastra saja namun juga merupakan studi gaya bahasa pada umumnya, walupun secara penuh memang stilistika sangat melakukan perhatian khusus pada bahasa kesusateraan. Semi 1993 menyatakan bahwa dalam analisis stilistika, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, salah satunya unsur yang ditentukan harus mencakup unsur keseluruhan karya sastra, selain itu analisis structural dengan kajian bahasa yang lebih dalam harus dilakukan sampai pada penjelasan makna serta difokuskan pada corak individu penggarang karya sastra tersebut. Dalam mengkaji, gaya kata dan gaya kalimat yang sangat berkaitan dengan unsur lokalitas Jawa, pada cerpen-cerpen Gunawan Tri atdmojo, penelitan ini menggunakan teori stilistika menurut Burhan Nurgiyantoro. Nurgiyantoro 2014, menyatakan bahwa dalam kajian stilistika terdapat beberapa hal yang dapat dikaji, diantaranya aspek leksikal dan aspek gramatikal gaya kata dan gaya kalimat. Gaya kata atau diksi Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata yang dipilih oleh pengarang dalam karyanya untuk menciptakan efek dari suatu makna Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 tertentu, Sama hal nya dengan diksi, unsur leksikal merupakan unsur yang mengacu pada penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih oleh pengarang untuk mencapai tujuan tertentu Nurgiyantoro, 2014 172. Aspek leksikal dalam suatu cerpen dapat berupa bahasa kolokial, penggunaan bahasa lain bahasa daerah maupun bahasa asing, kata-kata yang menyimpang, dan lain-lain Lafamane, 2020. Kolokial merupakan bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari, bahasa percakapan, dan bukan berupa bahasa tulis Chaer & Agustina dalam Lafamane, 2020 Gaya kalimat merupakan style atau gaya yang digunakan pengarang dalam menyusun kalimat-kalimat dalam sebuah karya sastra Prastica & Wulandari, 2020. Gaya kalimat digunakan penggarang untuk memeroleh unsur tertentu. Mengenai gramatikal Gaya Kalimat Nurgiyantoro 2014 menyatakan bahwa kajian leksikal gaya kalimat yang ada dalam karya sastra, dapat dilakukan dengan menentukan jenis kalimat, jenis kalimat tersebut dapat berupa; kalimat deklaratif, kalimat imperatif, kalimat interogatif, kalimat minor, kalimat langsung dan tidak langsung. Salah satu hal menarik, yang terdapat dalam cerpen dan dapat dikaji melalui pendekatan stilistika, adalah penggunaan diksi maupun kalimat yang digunakan penggarang dalam menyampaikan ciri khas penggarang tersebut. Ciri khas tersebut dapat berupa budaya dan aspek lokalitas yang dimiliki penggarang. Lokalitas merupakan suatu hal, yang berkaitan erat dengan aspek sosiologi penggarang, sehingga karya sastra yang dihasilkan memiliki ciri khas tertentu, dan cirikhas tersebut terlihat melalui lokalitas yang digunakan penggarang dalam karya sastra Anggarista dkk., 2021. Berkaitan dengan analisis gaya kata dan gaya kalimat dalam suatu karya sastra dalam menyampaikan beragam aspek lokalitas. Penelitian yang relvan dan lebih dahulu dilakukan oleh Nurgiyantoro, 2014 dengan penelitiannya yang berjudul Penggunaan Ungkapan Jawa Dalam Kumpulan Puisi Tirta Kamandanu Karya Linus Suryadi Pendekatan Stilistika Kultural persamaan penelitian yaitu sama-sama menganalisis mengenai gaya kata dalam sebuah karya sastra, melalui pendekatan stilistika yang berkaitan dengan lokalitas Jawa. Perbedaanya, jika dalam penelitian Nurgiyantoro mengkaji mengenai kumpulan puisi karya Linus Suryadi, penelitian ini mengkaji mengenai cerpen-cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo. Kedua, penelitian yang relvan dan lebih dahulu dilakukan oleh Prastica & Wulandari, 2020 dengan penelitiannya yang berjudul Diksi dan Gaya Kalimat Dalam Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sama-sama mengkaji mengenai gaya kata dan gaya kalimat yang ada dalam karya sastra, perbedaannya, bahwa penelitian yang dilakukan oleh Prastica & Wulandari, 2020 dengan mengkaji karya sastra berbentuk novel serta gaya kata dan kalimat secara umum yang terdapat dalam karya sastra. Penelitian ini mengkaji mengenai cerpen-cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo, berkaitan dengan gaya kata dan gaya kalimat yang digunakan penggarang dalam menyampaikan lokalitas Jawa. Ketiga, penelitian yang relevan dan lebih dahulu dilakukan oleh Wulandari dkk., 2021.. Dengan penelitiannya yang berjudul, Warna Budaya Jawa Dalam Cerpen “Macan Lapar” Karya Danarto Analisis Gaya Kalimat Dan Wacana Sebagai Pendekatan Stilistika. Penelitian yang dilakukan oleh Yosi Wulandari dan Muhammad Alfian Hermawan ini, Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 mengkaji mengenai gaya kalimat yang berhubungan dengan Budaya Jawa, dalam Cerpen Macan Lapar, Karya Danarto. Perbedaan, dengan penelitian ini, jika dalam penelitian Yosi Wulandari mengkaji mengenai penggunaan gaya kalimat dan wacana yang berhubungan dengan budaya Jawa dalam Cerpen Macan Lapar, Karya Danarto. Penelitian ini, mengkaji gaya kata dan gaya kalimat yang berhubungan dengan lokalitas Jawa, dalam cerpen-cerpen Gunawan Tri Atdmojo. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis gaya kata dan gaya kalimat yang digunakan Gunawan Tri Atdmojo dalam menyampaikan lokalitas Jawa. Lokalitas Jawa yang dimaksud adalah beberapa hal yang berkaitan dengan lokalitas Jawa, karena pada dasarnya, cerpen-cerpen Gunawan Triatdmojo sangat dekat kehadirannya dengan unsur lokalitas, khususnya lokalitas Jawa. Kebaruan yang dapat ditemukan dalam penelitian ini, yaitu kajian mengenai penggunaan gaya kata dan gaya kalimat, yang digunakan penggarang dalam menyampaikan unsur lokalitas. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan penulis, terhadap berbagai macam sumber, banyak ditemukan penelitian yang relevan, namun yang berkait dengan analisis gaya kata dan gaya penggarang yang digunakan penggarang dalam menyampaikan unsur lokalitas, masih kurang dilakukan. Maka dari itu, penelitian ini mencoba memenuhi kebutuhan penelitian sehingga memunculkan penelitian yang releevan setelah dilakukannya penelitian ini. METODE Penelitian ini, termasuk ke dalam penelitian deskriptif kualitatif. Sugiyono menjelaskan bahwa metode deskriptif kualitatif merupakan suatu metode yang digunakan dalam rangka menemukan suatu jawaban berkaitan dengan proses penelitian, terhadap subjek penelitian yang sedang dilakukan Sugiyono, 2013 Metode pengumpulan data dilakukan dengan pembacaan cerpen, setelah pembacaan cerpen, dilanjutkan dengan teknik simak, sadap, dan catat. Teknik analisis data yang dilakukan yakni dengan pembacaan cerpen, penandaan kata yang berkaitan erat dengan aspek stilistika dan berkaitan dengan penyampaian lokalitas Jawa, pencatatan data, mengklasifikasikan data, setelah itu data-data yang terkumpul disesuaikan dan dianalisis kembali, dengan pendapat ahli dan juga beberapa penelitian yang relevan berkaitan dengan gaya kata dan gaya kalimat dalam aspek stilistika. Selaras dengan pernyataan tersebut, Nurgiyantoro 2014, hlm. 172 menyatakan bahwa, Langkah kajian leksikal dan gramatikal gaya kata dan gaya kalimat yang harus dilakukan dalam kajian stilistika adalah sebagai berikut 1 menentukan tujuan kajian, tujuan kajian dalam penelitian ini adalah mengkaji mengenai gaya kata dan kalimat yang digunakan penggarang dalam cerpen, 2 mengidentifikasi unsur leksikal dan gramatikal yang terdapat dalam fiksi, menentukan aspek leksikal dan gramatikal yang akan dikaji. 3 Menyajikan data hasil kajian, berkaitan dengan hasil telaah leksikal dan gramatikal, dan 4 menjelaskan dan menafsirkan peran dan fungsi dari unsur leksikal dan gramatikal yang terdapat cerita. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Purposive sampling dilakukan dengan memilih beberapa gaya kata dan kalimat yang sangat berkaitan dengan pengungkapan lokalitas Jawa dalam cerpen-cerpen yang dikaji. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurgiyantoro 2014, hlm. 182 yang menyatakan bahwa Dasar pengambilan sampel dalam suatu kajian kebahasaan dan kesastraan adalah purposive sampling. Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 Pengambilan sampel dengan cara ini berarti bahwa pemilihan sampel dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Terdapat 5 cerpen Karya Gunawan Tri Atdmojo dipublikasikan pada laman yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini. Cerpen-cerpen tersebut, adalah; 1 Bukan Kawan terbit 30 Oktober 2015, 2 Yang Gugur di Kios Cukur terbitan 30 November 2018, 3 Kelab Kebatinan di Pringgolayan, terbitan 20 Oktober 2017 4 Perkara Ngeloco Bikin Umur Panjang terbitan 23 September 2016, 5 Presisi di Kamar Ganti terbitan 8 April 2016, Penelitian ini tidak hanya berhenti pada proses analisis data, namun, data yang dikumpulkan nantinya juga akan disimpulkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Gaya Kata Pengarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen-Cerpen Gunawan Tri Atdmojo. Gunawan lahir di Surakarta, 1 Mei 1982 dengan nama lengkap Gunawan Tri Atomdjo. Gunawan merupakan Alumnus Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS Surakarta, Program Studi Sastra Indonesia. Beliau merupakan salah satu sastrawan ternama berkebangsaan Indonesia yang dikenal dan sangat popular dikalangan masyarakat bangsa Indonesia. Karya sastra berupa cerpen yang Beliau tulis, banyak dipublikasikan pada sejumlah media massa dan jurnal kebudayaan ternama seperti Horison, Jawa Pos, Media Indonesia, Suara Merdeka, Majalah Esquire, Majalah Basis, Majalah Kartini, dan lain-lain. Pada beberapa media ternama seperti menyebut Gunawan sebagai sastrawan jenaka karena kreatifitasnya yang sukses melawakkan sastra. Di tangannya, sastra yang terkesan berat dicerna dengan kata-kata tinggi dan mendayu-dayu namun asing didengar menjadi sebuah karya sastra yang ringan, mudah dan mengancam pembacanya untuk tertawa tanpa menjadikan tulisan-tulisanya sekedar cerita humor saja, namun terdapat beberapa makna yang dapat diambil dan ditiru oleh pembaca sebagai bekal dalam berkehidupan. Di sisi lain, unsur lokalitas yang terdapat dalam setiap karya sastra khususnya cerpen sangat erat kaitannya dengan penggunaan bahasa Jawa. Hal ini terjadi, karena Gunawan Tri Atdmojo merupakan seseorang yang berasal dari suku Jawa, sehingga dalam setiap karya, Gunawan Tri Atdmojo selalu menyisipkan lokalitas Jawa baik berupa bahasa, perilaku, kebiasaan masyarakat Jawa dalam setiap karyanya. Unsur lokalitas, berkaitan dengan gaya dalam menyampaikan sangat menarik minat pembaca untuk membaca karya sastra khususnya cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo. Berikutnya, akan diuraikan pembahasan berkiatan dengan hasil kajian mengenai gaya kata dan gaya kalimat yang digunakan penggarang dalam menyampaikan lokalitas Jawa pada cerpen-cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo. Pembahasan, berkaitan dengan hal tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut. Aspek leksikal dalam suatu cerpen dapat berupa bahasa kolokial, penggunaan bahasa menyimpang, penggunaan bahasa lain dalam hal ini bisa berupa bahasa daerah maupun bahasa asing, penggunaan kata non formal, dialek, kata benda, kata kerja, kata sifat dan sebagainya. Hasil analisis berkaitan Gaya Leksikal Gaya kata yang terdapat dalam 5 cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo dapat diuraikan melalui tabel di bawah. Tabel 1. Analisis Leksikal Gaya Kata yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Bukan Kawan karya Gunawan Tri Atdmojo Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 Gaya Kata Kolokial Gaya Kata Kerja Tabel 2. Analisis Leksikal Gaya Kata yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Yang Gugur di Kios Cukur karya Gunawan Tri Atdmojo Kata Sederhana Kata Menyimpang Kata Ungkapan Kata Kerja Tabel 3. Analisis Leksikal Gaya Kata yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Kelab Kebatinan di Pringgolayan karya Gunawan Tri Atdmojo Kata Kolokial Kata Menyimpang Kata Ungkapan Kata Sederhana Tabel 4. Analisis Leksikal Gaya Kata yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Perkara Ngeloco Bikin Umur Panjang karya Gunawan Tri Atdmojo Kata Kerja Kata Tugas Kata Ungkapan Tabel 5. Analisis Leksikal Gaya Kata yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Persisi di Kamar Ganti karya Gunawan Tri Atdmojo Kata Tugas Kata Kolokial Kata Ungkapan Kata Sederhana Kata Kolokial Kata kolokial merupakan kata yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kata kolokial ditemukan dalam cerpen Bukan Kawan, Kelab Kebatinan di Pringgolayan, dan Persisi di Kamar Ganti. Contoh temuan kata kolokial, akan diuraikan melalui penggalan teks pada Cerpen Bukan Kawan di bawah ini. Kemeleratan juga menjadikan Kami, kian dekat Gunawan, 2015 Kemelaratan dalam konteks masyarakat Jawa, dapat diartikan sebagai kemiskinan. Kata melarat biasa digunakan oleh masyarakat untuk menggantikan kata miskin. Kata tersebut, merupakan kata yang seringa tau dijumpai dalam konteks kehidupan masyarakat Jawa, masayarakat biasanya menggunakan kata tersebut dalam percakapan sehari-hari, kata tersebut sering digunakan dalam percakapan antara orang yang lebih tua dengan yang lebih muda, atau berusia sebaya. Kata Kerja Kata kerja merupakan kata yang memiliki makna memberikan saran pada suatu pernyataan, tindakan atau peristiwa yang lain. Berdasarkan hasil analisis, kata kerja dalam cerpen-cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo, ditemukan dalam cerpen “Bukan Kawan” berikut penjelasannya. “Didik yang melihat punting rokok itu segera mengambilnya, lalu menyulutnya dengan korek gas keramatnya” Gunawan Tri, 2015 Keramat dalam konteks kehidupan masyarakat Jawa, dapat diartikan sebagai benda yang dapat menghasilkan sesuatu dan sangat berkaitan erat dengan hal ghaib. Kata keramatnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI berarti memberikan efek magis, dan menghasilkan sesuatu di luar kemampuan manusia, maksudnya, korek api dapat menghasilkan sesuatu, yang tak mungkin dapat dihasilkan oleh manusia, sesuatu tersebut adalah api. Kata kerja tersebut, memberikan pernyataan bahwa korek gas yang dibawa oleh Didik, merupakan suatu hal yang Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 dianggap keramat. Keramat dalam artian sering dibawa dan bisa mengeluarkan sesuatu hal yang tidak bisa dikeluarkan oleh manusia, yaitu api. Kata Menyimpang Kata menyimpang dapat diartikan sebagai kata yang menyimpang dari struktur kaidah bahasa baku. Misalnya penghilangan afiks, kata bentukan baru, penghilangan makna dan sebagainya. Kata menyimpang dalam penelitian ini, ditemukan dalam cerpen Yang Gugur di Kios Cukur dan Kelab Kebatinan di Pringgolayan. Uraian mengenai hal demikian, dapat dilihat melalui penggalan teks yang ada dalam Cerpen Yang Gugur di Kios Cukur. Maka, mulas-mulas dan mencret-mencret menjadi ketetpan yang terberi. Itulah kenapa Rawon di warung itu disebut sebagai rawon Jahanam. Muasalnya tidak jauh dari sifat serakah penggunjungnya. Gunawan, 2018 Kata terberi dalam kutipan teks di atas, merupakan kata yang dianggap menyimpang, dari struktur kebakuan kata. Hal yang sama terjadi pada kata muasalnya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, V kata terberi dianggap tidak baku, dan kata muasalnya merupakan bentuk tidak baku dari kata asal. Kata tersebut seharusnya, diganti dengan kata beri yang diberi imbuhan di di depan kata, sehingga menjadi diberi. Kata muasalnya, sebaiknya diganti dengan kata asalnya, sehingga makna kata dapat terlihat baku dan jelas. Makna dari kata-kata yang digunakan penggarang dalam penggalan teks di atas, yaitu memberikan pernyataan terhadap sebuah warung makan yang menjual makanan khas Jawa Timur, yaitu Rawon. Warung tersebut, diceritakan sebagai warung yang sangat ramai penggunjung, sehingga penggunjung sampai tidak bisa membatasi prosi makannya, akhirnya banyak penggunjung yang sakit perut. Kata Ungkapan Kata ungkapan yang dimaksud adalah kata yang berasal dari luar bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, kaa ungkapan yang dominan digunakan adalah kata ungkapan dari Bahasa Jawa. Hal tersbut dapat ditemukan dalam cerpen-cerpen berjudul Yang Gugur di Kios Cukur, Kelab Kebatinan di Pringgolayan, Perkara Ngeloco Bikin Umur Panjang, Presisi di Kamar Ganti. Uraian mengenai hal tersebut, dapat dilihat melalui kutipan cerpen Kelab Kebatinan di Pringgolayan, sebagai berikut. Tentu Bung, sesama Asu harus saling bantu Gunawan, 2017 Kata Asu dalam kalimat tersebut, dalam konteks bahasa Jawa dimaknai sebagai kata yang kurang etis untuk digunakan. Asu dalam konteks bahasa Jawa diartikan sebagai anak Anjing. Kata Tugas Kata tugas merupakan kata yang dapat diwujudkan melalui; dan, atau, lalu, kemudian, pada, tentang yang sering dikelompokkan kedalam konjungsi dan preposisi. Kata tugas dalam penelitian ini, ditemukan dalam cerpen yang berjudul Perkara Ngloco Bikin Umur Panjang dan Persisi di Kamar Ganti. Uraian mengenai hal demikian, dapat dilihat melalui penggalan teks yang terdapat dalam cerpen Perkara Ngloco Bikin Umur Panjang, sebagai berikut. Karena tak ada yang lebih setia daripada diriku sendiri, maka aku ngeloco Gunawan 2016 Kata tugas tersebut memberikan makna bahwa, tidak ada yang setia daipada dirinya. Maka dia memilih untuk ngeloco. Ngeloco dalam konteks bahasa Jawa dapat diartikan sebagai kegiatan mastrubasi, yang dilakukan oleh Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 seseorang laki-laki untuk memenuhi hasratnya. Berikutnya, berkaitan dengan aspek gramatikal Gaya Kalimat Nurgiyantoro 2014 menyatakan bahwa kajian leksikal gaya kalimat yang ada dalam karya sastra, dapat dilakukan dengan menentukan jenis kalimat, jenis kalimat tersebut dapat berupa; kalimat deklaratif, kalimat imperatif, kalimat interogatif, kalimat minor, kalimat langsung dan tidak langsung. Hasil analisis berkaitan Gaya Gramatikal Gaya kalimat yang terdapat dalam 5 cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo dapat diuraikan melalui tabel di bawah. Tabel 6. Analisis Gramatikal Gaya Kalimat yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Bukan Kawan karya Gunawan Tri Atdmojo Kalimat Deklarataif Kalimat Imperatif Tabel 7. Analisis Gramatikal Gaya Kalimat yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Yang Gugur di Kios Cukur karya Gunawan Tri Atdmojo Kalimat Interogatif Kalimat Minor Tabel 8. Analisis Gramatikal Gaya Kalimat yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Kelab Kebatinan di Pringgolayan karya Gunawan Tri Atdmojo Kalimat Interogatif Kalimat Langsung Kalimat Imperatif Tabel 9. Analisis Gramatikal Gaya Kalimat yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Perkara Ngeloco Bikin Umur Panjang karya Gunawan Tri Atdmojo Kalimat Imperatif Kalimat Deklaratif Kalimat Langsung Tabel 10. Analisis Gramatikal Gaya Kalimat yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Persisi di Kamar Ganti karya Gunawan Tri Atdmojo Kalimat Minor Kalimat Deklaratif Kalimat deklaratif Kalimat deklaratif merupakan kalimat yang menyatakan sesuatu. Dalam penelitian ini, kalimat deklaratif dapat ditemukan pada cerpen-cerpen yang berjudul Bukan Kawan, Perkara Ngeloco Bikin Umur Panjang, dan Persisi di Kamar Ganti. Penjelasan mengenai hal demikian, dapat dilihat melalui kutipan cerpen yang ada dalam cerpen Persisi di Kamar Ganti. Kesetiaan telah luruh, terbentur keras tembok Joglo itu Gunawan, 2016 Kalimat deklaratif tersebut, menyatakan bahwa kesetiaan yang dimiliki oleh tokoh dalam cerita telah luruh, karena sudah terbentur keras oleh tembok yang ada di Joglo itu. Kalimat di atas memberikan makna bahwa Joglo sebagai rumah adat Jawa, memiliki tembok atau gebyok yang sangat kuat, sehingga mampu meluruhkan kesetiaan Shakeshpare. Kalimat Imperatif’ Kalimat Imperarif merupakan kalimat yang mengandung makna perintah atau larangan. Kalimat tersebut, dalam penelitian ini ditemukan pada cerpen-cerpen dengan judul Bukan Kawan, Kelab Kebatinan di Pringgolayan, dan Perkara Ngeloco Bikin Umur Panjang. Penjelasan mengenai hal tersebut, dapat dilihat melalui kutipan teks dalam Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 Cerpen Kelab Kebatinan di Pringgolayan berikut ini. Baca Ayat Kursi, buat tolak bala Bung. Dengan kenyataan itu, sudah sepantasnya orang Jawa punya peribahasa sendiri ya Bung Gunawan, 2017 Kalimat tersebut memberikan makna perintah untuk membaca Ayat Kursi dalam rangka menolak bala. Hal ini merupakan kebiasaan masayarakat Jawa, dalam menghadapi hal mistis, yaitu dengan membaca Ayat Kursi. Kalimat Interogatif Kalimat interogatif merupakan kalimat yang mengandung makna pertanyaan. Dalam penelitian ini, ditemukan kalimat interogatif pada cerpen dengan judul Yang Gugur di Kios Cukur dan Kelab Kebatinan di Pringgolayan. Hasil analisis, akan diuraikan melalui kutipan cerpen Yang Gugur di Kios Cukur berikut ini. Manjur kan, Minyak Kemirinya Lumayan, lah, Gunawan 2018 Kalimat tersebut memberikan makna, bahwa Agung seorang tokoh dalam cerita, bertanya kepada pelanggan yang dicukur, mengenai kemanjuran minyak kemiri. Minyak kemiri merupakan minyak, yang sering digunakan oleh masyarakat Jawa dalam mempercepat pertumbuhan rambut, seuasi dicukur. Kalimat Minor Kalimat minor merupakan kalimat yang kehilangan fungtornya, misalnya fungtor sebagai kalimat tanya, berita, perintah atau seru. Penjelasan mengenai kalimat tersebut, dapat diuraiakan melalui kutipan cerita berikut Yang Gugur di Kios Cukur sebagai berikut. Tidak apa-apa, anggap saja ini pelarisan dari pelanggan pertama. Buka Rezeki. Berkah ya, Kek Gunawan, 2017 Kalimat tersebut, sebetulnya memiliki makna untuk mensyukuri pemberian orang lain, hal ini sangat terlihat dari aspek kehidupan masyarakat Jawa. Namun, karena tidak terdapat tanda seru, maka kalimat tersebut seakan tidak memiliki makna, karena dianggap kurang. Kalimat Langsung Kalimat langsung merupakan kalimat yang diawali dengan tanda petik “…” kalimat tersebut, dapat ditemukan dalam cerita dengan judul Kelab Kebatinan di Pringgolayan dan Perkara Ngeloco Bikin Umur Panjang. Uraian mengenai hal tersebut, dapat disampaikan melalui kutipan cerita dalam cerpen Kelab Kebatinan di Pringgolayan sebagai berikut. “Gamblis trewelu, Bung!” Gunawan, 2017 Kalimat tersebut memberikan makna misuh secara langsung, misuh dalam konteks bahasa Jawa, adalah berkata kasar. Kata kasar tersebut, dilakukan untuk meluapkan emosi. Secara istilah, kalimat tersebut memiliki arti rambut di sekitar dubur hewan trewelu. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis, maka dapat disimpulkan bahwa Gaya kata dan Kalimat yang digunakan oleh penggarang, sangat berkaitan dengan lokalitas Jawa si Penggarang, sebagai berikut 1. Hal yang paling menonjol, terlihat pada pilihan kata kolokial, atau yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa. 2. Berkaitan dengan gaya kalimat, penggarang sering menggunakan kalimat deklaratif. Hal tersebut, terlihat dari beberapa kalimat dalam menyampaikan mengenai suatu hal. 3. Secara umum, penelitian ini diharapkan mampu memberikan refrensi berkaitan dengan analisis gaya kata dan kalimat yang digunakan penggarang dalam menyampaikan lokalitas Jawa, di tinjau melalui aspek stilistika. Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 4. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, jalannya proses penelitian. Mulai dari penentuan topik dan pemenuhan kebutuhan refrensi. DAFTAR PUSTAKA Anggarista, R., Sastra, P. J., Pariwisata, B.,Anggarista, R., Bahasa, P., & Keguruan, F. 2021. Lokalitas Jawa Dalam Novel Hati Sinden Karya Dwi Rahyuningsih kepulauan dengan unsur kebudayaan yang sebagai unsur kebudayaan , menjadi zaman , terutama dengan masuknya arus setiap elemen masyarakat . Hal itu. 21, 1–14. Clara Karya Seno Gumira Ajidarma Dalam Kajian Stilistika. Humanika, 191, 35. pada 8/01/2022 pukul WIB Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring Edisi V. 2016. diakses pada 20/12/2021 pukul WIB Lafamane, F. 2020. Kajian Stilistika Komponen Kajian Stilistika. OSP Preprints, 43. Mahsun. 2019. Metode Penelitian Bahasa Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya. Depok Raja Grafindo Persada. Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Stilistika. Yogyakarta Gajah Mada University Press. Nurgiyantoro, B. 2014. Penggunaan Ungkapan Jawa Dalam Kumpulan Puisi Tirta Kamandanu Karya Linus Suryadi Pendekatan Stilistika Kultural. Litera, 132, 201–214. Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. Prastica, D., & Wulandari, Y. 2020. Diksi Dan Gaya Kalimat Dalam Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye. Pena Literasi, 22, 64. Retno Dwi. 2010. Kajian Stilistika Novel Sirah Karya Suharyana Skripsi. Surakarta Universitas Sebelas Maret. Christine Resnitriwati, . 2016. Semi, A. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung Angkasa. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung Alfabeta. Turner, G. W. 1977. Stylistic. New York Penguin Books Wulandari, Y., & Hermawan, M. A. 2021. Color Of Java Culture In The" Macan Lapar" By Danarto. Gramatika Jurnal Ilmiah Kebahasaan Dan Kesastraan, 91, 14-27. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this NurgiyantoroThis study aims to describe the intensity of the use of Javanese words and idioms inwayang poems. It employed the textual approach. The data sources were wayang poemsunder the subsection of “Lingga dan Yoni” in Tirta Kamandanu 1997, a poetry anthologyby Linus Suryadi. There were 26 poems all of which were studied. The steps includedlinguistic evidence collection, data display, and explanation of esthetic functions. Thestudy concludes that the use of Javanese words and idioms in wayang poems is intensiveenough. They are relevant to the meanings in the poems narrating wayang and supportand strengthen the meanings and existence of the Javanese culture. They also support thefunctions of poetry style beauty, especially the beauty of rhymes and particular atmospherecreation, are accurate in the condensed forms, and serve as fillers for emptiness or justsynonyms. Without knowledge and understanding of the Javanese culture, one will notunderstand the poems as well, thoroughly, and intensively as one who understands theJavanese cultural Stilistika Komponen Kajian StilistikaF LafamaneLafamane, F. 2020. Kajian Stilistika Komponen Kajian Stilistika. OSP Preprints, Penelitian Bahasa TahapanMahsunMahsun. 2019. Metode Penelitian Bahasa Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya. Depok Raja Grafindo NurgiyantoroNurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta Gadjah Mada University Stilistika Novel Sirah Karya Suharyana SkripsiRetno DwiRetno Dwi. 2010. Kajian Stilistika Novel Sirah Karya Suharyana Skripsi. Surakarta Universitas Sebelas Maret. Christine Resnitriwati,. 2016.A SemiSemi, A. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&DSugiyonoSugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung Alfabeta.
Inilah6 Syarat Ketepatan Pemilihan Kata (Diksi) dalam Kepenulisan. Apakah kalian pernah mengalami kesulitan dan kebingungan dalam memilih kata yang tepat untuk tulisan kalian? Kita terkadang ketika menulis atau berkata di depan umum, kata -kata yang digunakan hanya itu-itu saja. Permasalahan di atas tersebut sering kali ditemukan, terutama
LKCB LNI^COV HVT LL]^ LNLBLO HI LNIENCVKI ]OCOBI KX]NIJNTXOI, V_TX-V_TX, J_ DBV HI OHOGL Hosusui Gcnb5 Lub`ll`h Nijj` V`putr`4==884==00 Hgsni ]nij`lpu 5 hr. Iuruc`ioijsob L.]h]TGJTL VX^HO ]NIHOHOKI DBV HI VVXT OIHGINVOAK^CXV KNJ^T^I & OCL^ ]NIHOHOKI^IOQNTVOXV XTOHOIIXO]CNLDIJ4=4= DD O]NIHB^C^I.C`t`r Dnc`k`ij ]ocob`i k`t` `t`u hokso hojui`k`i pnij`r`ij uituk lnlocob k`t` y`ij tnp`tuituk lnifopt`k`i l`ki` tnrtnitu h`c`l k`ry` s`str`. Hnij`i hokso otuc`b pnij`r`ij h`p`t lniyusui k`t` hnlo k`t` h`c`l tucos`iiy`. Hokso euj` hojui`k`iuituk lniy`lp`ok`i su`tu j`j`s`i h`ro pnij`r`ij. ^ijk`p`i k`t` y`ij hotucosb`rusc`b hop`b`lo gcnb pnld`f` hnij`i tnp`t. ^ituk otuc`b, sngr`ij pniucos b`rus dos` lnlocob hokso y`ij tnp`t uituk tucos`iiy`. Vnc`oi otu pocob`i k`t` lnrup`k`is`tu uisur y`ij s`ij`t pnitoij, d`ok h`c`l huio` k`r`ij lnij`r`ij l`upui h`c`lhuio` tutur snto`p b`ro. H`s`r pnijjui``i d`b`s` h`c`l k`ry` s`str` duk`i b`iy` snknh`r p`b`l,tnt`po y`ij cndob pnitoij `h`c`b kndnrh`y``i pocob`i k`t` y`ij h`p`t lnijusok h`ilnioijj`ck`i kns`i tnrb`h`p snisotovot`s pnld`f`. Vnto`p k`t` y`ij hopocob gcnb pnij`r`ij h`p`t ho`sgso`sok`i kn h`c`l dnrd`j`o pnijnrto`i. Los`ciy` k`t` `yu, d`jus, `pok, ncgk, lnlocoko hnigt`so `t`u `rto y`ij s`l`, tnt`po kns`i k`t`-k`t` oioho`r`bk`i p`h` snisotovot`s y`ij dnrdnh`. Vnto`p k`t` h`i k`col`t y`ij hopocob p`h`ululiy` hoc`kuk`i `t`s kns`h`r`i uituk lniolduck`i nank knoih`b` d`b`s` euj` hojui`k`i gcnb pnij`r`ij uituk lnlpnroih`b tucos`iiy`.]nij`r`ij dnrus`b` uituk lni`ld`bk`i sndu`b j`y` d`b`s` ho h`c`liy`.]nijjui``i j`y` d`b`s` `t`u d`b`s` ko`s h`c`l k`ry` s`str` hol`ksuhk`i uituk lnlpnrgcnb nank nstntos `t`u knoih`b`i snboijj` pnld`f` `k`i cndob tnrt`rok.]nijjui``i d`b`s` ko`s hoc`kuk`i snd`j`o su`tu f`r` uituk lniolduck`i nank tnrtnitu, snboijj` pninrol` pns`i cndob tnrt`rok. ]`h` h`s`riy` h`c`l k`ry` s`str`, j`y` d`b`s` lnlnj`ij pnr`i`i d`b`s` h`i pniucos`i lnrup`k`i s`c`b s`tu uisur y`ij lni`rok h`c`l sndu`b d`f``i. K`rni` otu, pnij`r`ij lnlocoko j`y` y`ij dnrdnh`-dnh` h`c`llniu`ijk`i snto`p ohn tucos`iiy`. Vnto`p tucos`i y`ij hob`sock`i i`itoiy`lnlpuiy`o j`y` y`ij hopnij`rubo gcnb pniucosiy`, snboijj` h`p`t hok`t`k`i,w`t`k sngr`ij pniucos s`ij`t lnlpnij`rubo sndu`b k`ry` y`ij hob`sock`iiy`. 0 L`s`c`b Tulus`i l`s`c`b h`c`l pnldu`t`i l`k`c`b oio y`otu50.p`k`b pnijnrto`i, sy`r`t-sy`r`t kntnp`t`i, h`i enios-enios pocob`i k`t`74.p`k`b pnijnrto`i, sy`r`t-sy`r`t, h`i enios-enios j`y` d`b`s`76.p`k`b pnijnrto`i h`i dnituk-dnituk ohogl7 ]niucos`i L`k`c`b Xueu`i h`c`l pniucos`i l`k`c`b oio y`otu, 0.^ituk lnienc`sk`i pnijnrto`i, sy`r`t-sy`r`t kntnp`t`i, sy`r`t-sy`r`t knsnsu`o`i, h`i enios-enios pocob`i k`t`.4.^ituk lnienc`sk`i pnijnrto`i, sy`r`t-sy`r`t, h`i enios-enios j`y` d`b`s`.6.^ituk lnienc`sk`i pnijnrto`i h`i dnituk-dnituk ohogl. ]niucos`i L`k`c`b h`pui l`ia``t h`ro pniucos`i l`k`c`b oio `h`c`b55 0. ^ituk lni`ld`b oclu pnijnt`bu`i tnit`ij d`j`ol`i` t`t` f`r` h`c`l pniyusui`i/pnldu`t`i sndu`b l`k`c`b y`ij d`ok h`i dni`r. 4. Vnd`j`o lghuc pnldnc`e`r`i d`jo l`b`sosw`/o `j`r dos` lnl`b`lo h`i lnienc`sk`i lnijni`o pocob`i k`t`. 4
Gunakankata sifat. Untuk menjelaskan nada karya sastra, gunakan kata sifat tertentu yang menggambarkan nada yang digunakan pengarang, misalnya "suram", "humoris", atau "sarkastis". Analisis Anda akan lebih berwawasan jika nada bisa dijelaskan dengan lebih spesifik. [13] Sebagai contoh, Anda bisa menuliskan "Cerita ini bernada khidmat dan serius.
– Masih bingung bagaimana cara membuat daftar pustaka? Padahal menulis daftar pustaka adalah sesuatu yang sangat mudah. Dijamin setelah membaca ulasan ini sampai selesai, kamu akan mahir dalam menulis daftar pustaka. Apa itu Daftar Pustaka? Aturan Menulis Daftar Pustaka yang Baik dan Benar Tata Cara Penulisan Daftar Pustaka yang Benar 1. Penulisan Daftar Pustaka dari Buku dengan Satu Penulis 2. Penulisan Daftar Pustaka dari Buku dengan Dua atau Tiga Penulis 3. Penulisan Daftar Pustaka dari Buku dengan Empat Penulis Lebih 4. Penulisan Daftar Pustaka dari Buku Tanpa Nama Pengarang 5. Penulisan Daftar Pustaka dari Buku Terjemah, Saduran, atau Sutingan 6. Penulisan Daftar Pustaka Buku dengan Bab atau Hasil Kompilasi Beberapa Penulis 7. Penulisan Daftar Pustaka Buku dengan Edisi atau Versi 8. Penulisan Daftar Pustaka Selain dari Buku Apa itu Daftar Pustaka? Daftar pustaka adalah daftar rujukan yang mencantumkan judul, nama pengarang, tahun terbit, dan sebagainya yang ditempatkan di halaman terakhir karya tulis. Daftar pustakan diperlukan sebagai sumber rujukan untuk memastikan kebenaran data yang diambil. Sehingga, karya tulis yang kamu buat dapat dipercaya kebenarannya. Bukan hanya itu, dengan mencantumkan daftar pustaka maka kamu sudah menghargai sebuah penelitian atau penulis sebelumnya. Jadi, adanya daftar pustaka ini bukanlah sekadar untuk memenuhi kelengkapan penulisan saja. Daftar pustaka tidak bisa sembarang ditulis, ada beberapa peraturan yang harus kamu perhatikan ketika ingin menulis daftar pustaka dalam sebuah penulisan karya ilmiah atau penulisan lainnya. Di bawah ini adalah beberapa aturan yang harus kamu perhatikan. Penulisan nama pengarang dimulai dari nama belakang/nama keluarga, kemudian diikuti tanda koma dan nama depan. Penulisan nama pengarang yang merupakan orang Tionghoa/Jepang/Korea tidak perlu dibalik, karena nama keluarganya memang ada di depan. Jika kamu mengutip, nama pengarang yang ada pada kutipan tersebut wajib dimasukkan ke daftar pustaka secara lengkap. Sebutan gelar tidak perlu dicantumkan. Jika terdapat lebih dari satu pengarang, maka hanya nama pengarang pertama saja yang dibalik, sisanya tidak perlu. Daftar pustaka diurutkan berdasarkan abjad. Jika terdapat lebih dari satu sumber daftar pustaka yang nama pengarangnya sama, maka nama pengarang tetap ditulis sebanyak sumber yang kamu ambil. Jika sumber yang digunakan tidak ada nama pengarangnya, maka ditulis nama lembaga/instansi yang menerbitkan. Batas tahun referensi pustaka yang digunakan maksimal adalah 5 tahun terakhir. Jika mengambil sumber dari internet, untuk alasan kredibilitas, tidak diperbolehkan mengambil sumber dari blogspot, wordpress, atau wikipedia. Penulisan nama judul harus dibedakan dengan diberi efek tebal/miring/garis bawah atau diapit tanda petik dua “. Tata Cara Penulisan Daftar Pustaka yang Benar Ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan ketika ingin menulis daftar pusata. Untuk lebih jelasnya, cek tekniknya di bawah ini. 1. Penulisan Daftar Pustaka dari Buku dengan Satu Penulis Untuk penulisan nama pengarangnya dibalik jika nama pengarang terdiri dari dua kata atau lebih. Dalam hal ini nama belakang penulis atau pengarang buku diletakkan pada bagian paling awal. Setelah itu dipisahkan dengan tanda koma. Baru kemudian diikuti dengan menuliskan nama depannya. Misalnya saja nama pengarang bukunya adalah Valérie Niquet. Maka langsung kamu balik saja menjadi Niquet, Valérie. Lalu bagaimana jika nama pengarang bukunya terdiri dari 3 kata atau lebih? Misalnya saja seperti Michael E. Porter. Maka cara penulisannya dibalik menjadi Porter, Michael E. Nah, sementara itu untuk penulisan daftar pustaka secara lengkapnya contohnya seperti ini Niquet, Valérie. 2007. Energy Challenges in Asia. Bruxelles Ifri Gouvernance européenne et géopolitique de l’énergie & Centre asie. Porter, Michael E. 1990. The Competitive Advantages of Nations. Harvard Harvard Business Review. 2. Penulisan Daftar Pustaka dari Buku dengan Dua atau Tiga Penulis Sementara itu jika pengarang atau penulis buku terdiri dari dua atau tiga pengarang maka nama penulis yang dibalik hanya nama penulis pertama saja. Sementara itu untuk nama penulis kedua dan ketiga tetap urutannya. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat contoh di bawah ini Nurhadiat, D dan Susanto. Seni Rupa SMA Kelas 3. Jakarta Grasindo. Soedjarwo, Prihatmi dan Yudiono 2001. Puisi Mbeling Kitsch dan Sastra Sepintas. Magelang Indonesia Tera. 3. Penulisan Daftar Pustaka dari Buku dengan Empat Penulis Lebih Bagaimana jika buku yang kamu kutip ditulis oleh empat orang atau lebih? Jika nama pengarang terdiri dari empat orang atau lebih, maka pengarangnya tidak ditulis semua. Melainkan yang ditulis hanya satu saja. Setelah itu diikuti dengan dkk. dan kawan-kawan. Buku dengan banyak penulis seperti ini biasanya adalah buku hasil kompilasi dari berbagai pengarang. Agar lebih jelas lagi, perhatikan contoh di bawah ini Siregar, Johnson dkk. 2012. Kumpulan Makalah Pelatihan Manajemen Ekspor. Jakarta DJPEN PPEI. 4. Penulisan Daftar Pustaka dari Buku Tanpa Nama Pengarang Terkadang ada buku tertentu yang dibuat tanpa nama pengarang. Maksudnya pengarangnya berupa tim penulis atau bisa dari badan maupun organisasi tertentu. Jika kamu menemui buku yang seperti ini, cara menulis daftar pustaka adalah nama pengarangnya diganti dengan pihak kelompok penerbit buku tersebut. Jika memang seperti itu, lalu bagaimana cara penulisan daftar pustakanya? Nah, agar kamu bisa lebih jelas lagi, perhatikan contoh di bawah ini Tim Pena Cendekia. 2007. Wahana Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta Yudhistira. 2013. Auto Component Industry in India Growing Capabilities & Strengths. New Delhi ACMA. 5. Penulisan Daftar Pustaka dari Buku Terjemah, Saduran, atau Sutingan Untuk penulisan daftar pustaka dari buku terjemah, saduran, atau sutingan sebenarnya sama dengan yang sudah dijelaskan di atas tadi. Namun yang sedikit membedakannya adalah nama penerjemah juga dicantumkan dalam daftar pustaka. Misalnya saja seperti daftar pustaka di bawah ini Clark, Duncan. 2017. Alibaba Kerajaan yang Dibangun oleh Jack Ma. terjemahan oleh Suryo Waskito. Jakarta PT. Elex Media Komputindo. 6. Penulisan Daftar Pustaka Buku dengan Bab atau Hasil Kompilasi Beberapa Penulis Dalam satu buku terkadang pada masing-masing bab ditulis oleh penulis yang berbeda-beda. Jika kamu hendak menuliskan baba khusus dari buku tersebut, maka cara penulisannya adalah dengan menuliskan pengarang dari bab yang kamu rujuk. Lalu dalam buku apa tulisan tersebut dimuat. Misalnya saja seperti contoh di bawah ini Harlow, H. F. 1958. Biological and biochemical basis of behavior. Dalam D. C. Spencer Ed., Symposium on Interdisciplinary Research pp. 239-252. Madison University of Wisconsin Press. 7. Penulisan Daftar Pustaka Buku dengan Edisi atau Versi Terkadang ada beberapa buku yang dibuat dalam beberapa versi. Nah, dalam hal ini versi buku harus ditulis agar jelas. Artinya buku versi berapa yang kamu rujuk. Atau buku yang kamu rujuk itu cetakan ke berapa. Untuk lebih memahamkan kamu lagi, bisa melihat contoh di bawah ini Strunk, W., Jr., & White, E. B. 1979. The elements of style 3rd ed.. New York Macmillan. Corey, M.; Corey, G; dan. Corey, C. 2010. Groups Process and practice. 8th Ed. Pacific Grove Brooks/Cole. 8. Penulisan Daftar Pustaka Selain dari Buku Jika rujukan yang kamu ambil berasal dari majalah, maka cara menulis daftar pustaka perlu mencantumkan judul artikel dan nama majalah serta edisinya. Misalnya saja seperti Budiharto, Widodo. 2004. Beralih ke Oracle 10g. Jakarta Majalah Bisnis Komputer, No. 6 Thn. 04. 20 Juni-20 Juli 2004. Sementara itu penulisan daftar pustaka dari jurnal, ditulis lengkap mulai judul, nama jurnal, hingga volume terbit jurnal yang kamu rujuk. Contohnya seperti Wassmann, J., & Dasen, 1998. Balinese spatial orientation. Journal of Royal Anthropological Institute, 4, 689-731. Kemudian jika rujukan daftar pustaka dari internet atau laman website, maka tulis link sumber artikel yang kamu ambil. Contohnya seperti ini Wijayati, Hasna. 2016. Fasilitas Kepabeanan, Perpajakan dan Lainnya untuk Kawasan Berikat, diakses dari pada 1 Agustus 2020. Jadi seperti itulah format penulisan daftar pustaka secara global. Namun yang perlu kamu perhatikan di sini adalah terkadang berbeda institusi berbeda pula cara menulis daftar pustaka.
PENERAPANDIKSI (PILIHAN KATA) DALAM KALIMAT RAGAM FORMAL,PENGGUNAAN STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA, PENYUSUNAN KALIMAT BAKU Kenapa harus memilih kata dan menggunakaanya secara tepat?Alasanna akan dijelaskan satu per satuberikut ini: Kekeliruan penggunaan kata depan ke yang seharusnya digunakan keoada dapat dilihat pada contoh di PILIHAN KATA DIKSI Pengertian Diksi atau Pilihan kata Jika kita menulis atau berbicara, kita selalu menggunakan kata. Kata tersebut dibentuk menjadi kelompok kata, klausa, kalimat, paragraph dan akhirnya sebuah wacana. Di dalam sebuah karangan, diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi syarat, seperti • Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan. • Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya. • Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti. Contoh Paragraf 1. Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan teman-temanku. Udara disana sangat sejuk. Kami bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak lama kemudian. 2. Liburan kali ini Aku dan teman-teman berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang hari disana, kami pulang dengan hati senang. Kedua paragraf diatas punya makna yang sama. Tapi dalam pemilihan diksi pada contoh paragraph kedua menjadi enak dibaca, tidak membosankan bagi pembacanya. Syarat-Syarat Pemilihan Kata 1. Makna Denotatif dan Konotatif Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang terkandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif. Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul. Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil denotatif tetapi kamar kecil berarti juga jamban konotatif. Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata adalah makna denotatif atau konotatif. 2. Makna Umum dan Khusus Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang-lingkupnya. —Makin luas ruang-lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, maka semakin terbuka kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya. —Makin sempit ruang-lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya, dan makin mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat. Misalnya Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak hanya mujair atau tidak seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki dan ikan mas. Sebaliknya, tawes pasti tergolong jenis ikan demikian juga gurame, lele, sepat, tuna, dan baronang pasti merupakan jenis ikan. Dalam hal ini kata acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan ikan mas. 3. Kata abstrak dan kata konkret. Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca-indra disebut kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap panca-indra, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang sifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan. Karangan tersebut dapat menjadi samar dan tidak cermat. 4. Sinonim Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Kita ambil contoh cermat dan cerdik kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar. Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu kata. 5. Kata Ilmiah dan kata popular Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, serta diskusi-diskusi khusus. Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah bila kata populer digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan, kata-kata ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau pendidikan. Yang juga terdapat pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis maupun desertasi. Agar dapat memahami perbedaan antara kata ilmiah dan kata populer, berikut daftarnya Kata Ilmiah Kata populer Analogi Kiasan Final Akhir Diskriminasi perbedaan perlakuan Prediksi Ramalan Kontradiksi Pertentangan Format Ukuran Anarki Kekacauan Biodata biografi singkat Bibliografi daftar pustaka C. Pembentukan Kata Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan. 1. Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata, yang sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis misalnya. 1. Penanggalan awalan meng- 2. Penanggalan awalan ber- 3. Peluluhan bunyi /c/ 4. Penyengauan kata dasar 5. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang tidak luluh 6. Awalan ke- yang keliru pemakaian akhiran –ir 7. Padanan yang tidak serasi 8. Pemakaian kata depan di, ke, dari, bagi, pada,, daripada dan terhadap 9. Penggunaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemukiman 10. Penggunaan kata yang hemat 11. Analogi 12. Bentuk jamak dalam bahasa indonesia 2. Definisi Definisi adalah suatu pernyataan yang menerangkan pengertian suatu hal atau konsep istilah tertentu. Dalam membuat definisi hal yang perlu di perhatikan adalah tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita definisikan. Contoh definisi Majas personifikasi adalah kiasan yang menggambarkan binatang, tumbuhan, dan benda-benda mati seakan hidup selayaknya manusia, seolah punya maksud, sifat, perasaan dan kegiatan seperti manusia. Definisi terdiri dari 1. Definisi nominalis Definisi nominalis adalah menjelaskan sebuah kata dengan kata lain yang lebih umum di mengerti. Umumnya di gunakan pada permulaan suatu pembicaraan atau diskusi. Definisi nominalis ada enam macam, yaitu definisi sinonim, definisi simbolik, definisi etimologik, definisi semantik, definisi stipulatif, dan definisi denotatif. 2. Definisi realis Definisi realis adalah penjelasan tentang isi yang terkandung dalam sebuah istilah, bukan hanya menjelaskan tentang istilah. Definisi realis ada tiga macam, yaitu – Definisi esensial, yaitu penjelasan dengan cara menguraikan perbedaan antara penjelasan dengan cara menunjukkan bagian-bagian suatu benda definisi analitik dengan penjelasan dengan cara menunjukkan isi dari suatu term yang terdiri atas genus dan diferensia definisi konotatif. – Definisi diskriptif yaitu penjelasan dengan cara menunjukkan sifat-sifat khusus yang menyertai hal tersebut dengan penjelasan dengan cara menyatakan bagaimana sesuatu hal terjadi. 3. Definisi praktis Definisi praktis adalah penjelasan tentang sesuatu hal yang di jelaskan dari segi kegunaan atau tujuan. Definisi praktis dibedakan atas tiga macam yaitu – Definisi operasional, yaitu penjelasan dengan cara menegaskan langkah-langkah pengujian serta menunjukkan bagaimana hasil yang dapat di amati. – Definisi fungsional, yaitu penjelasan sesuatu hal dengan cara menunjukkan kegunaan dan tujuannya. – Definisi persuasif, yaitu penjelasan dengan cara merumuskan suatu pernyataan yang dapat mempengaruhi orang lain, bersifat membujuk orang lain. 4. Kata Serapan Kata serapan adalah kata yang di adopsi dari bahasa asing yang sudah sesuai dengan EYD. Kata serapan merupakan bagian perkembangan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia telah banyak menyerap terutama dalam unsur kosa kata. Bahasa asing yang masuk dan memberi pengaruh terhadap kosa kata bahasa Indonesia antara lain dari bahasa Sansekerta, bahasa Belanda, bahasa Arab, bahasa Inggris dan ada juga dari bahasa Tionghoa. Analogi dan Anomali kata serapan dalam bahasa Indonesia. Penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia terdapat 2 unsur, yaitu – Keteraturan bahasa analogi dikatakan analogi apabila kata tersebut memiliki bunyi yang sesuai antara ejaan dengan pelafalannya. – Penyimpangan atau ketidakteraturan bahasa anomali dikatakan anomali apabila kata tersebut tidak sesuai antara ejaan dan pelafalannya. 5. Analogi Karena analogi adalah keteraturan bahasa, tentu saja lebih banyak berkaitan dengan kaidah-kaidah bahasa, bisa dalam bentuk sistem fonologi, sistem ejaan atau struktur bahasa. Ada beberapa contoh kata yang sudah sesuai dengan sistem fonologi, baik melalui proses penyesuaian ataupun tidak, misalnya Menurut taraf integrasinya unsur pinjaman ke dalam bahasa asing dapat dibagi dua golongan. Pertama unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia. Unsur seperti ini di pakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi penulisan dan pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua unsur pinjaman yang pengucapan dan tulisannya telah di sesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. 6. Anomali Indonesia Aslinya bank bank Inggris Intern intern Inggris qur’an qur’an Arab jum’at jum’at Arab Kata-kata di atas merupakan beberapa contoh kata serapan dengan unsur anomali. Bila kita amati, maka akan dapat di simpulkan bahwa lafal yang kita keluarkan dari mulut dengan ejaan yang tertera, tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Hal yang tidak sesuai adalah bank=nk, jum’at=’. Kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia secara utuh tanpa mengalami perubahan penulisan memiliki kemungkinan untuk di baca bagaimana aslinya, sehingga timbul anomali dalam fonologi. Contoh Indonesia Aslinya Expose Expose Export Export exodus Exodus Kata kadang-kadang tidak hanya terdiri dari satu morfem, ada juga yang terdiri dari dua morfem atau lebih. Sehingga penyerapannya dilakukan secara utuh. Misalnya Indonesia Aslinya Federalisme federalism Inggris Bilingual bilingual Inggris Dedikasi dedication Inggris Edukasi education Inggris Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan cerita mereka. Diksi bukan hanya berarti pilih-memilih kata. Istilah ini bukan saja digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi yang bertalian dengan ungkapan-unkapan individu atau karakteristik, atau memiliki nilai artistik yang tinggi. Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok, yakni masalah makna dan relasi makna. sebuah kata / sebuah kalimat mrpkan makna yang tidak selalu berdiri sendiri. Adapun makna menurut Chaer, 1994 60 terbagi atas beberapa kelompok yaitu a. Makna Leksikal dan makna Gramatikal Makna Leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera / makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita. Contoh Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit Tikus itu mati diterkam kucing. Makna Gramatikal adalah untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti kata buku yg bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna “ banyak buku.” b. Makna Referensial dan Nonreferensial Makna referensial & nonreferensial perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata bermakna referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata bermakna nonreferensial kalau tidak memiliki referen. Contoh Kata meja dan kursi bermakna referen. Kata karena dan tetapi bermakna nonreferensial c. Makna Denotatif dan Konotatif Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran badannya normal. Makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Contoh Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping. d. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Contoh Kata kuda memiliki makna konseptual “sejenis binatang berkaki empat yg bisa dikendarai”. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem / kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan suatu yang berada diluar bahasa . Contoh Kata melati berasosiasi dg suatu yg suci / kesucian. Kata merah berasosiasi berani / paham komunis. e. Makna Kata dan Makna Istilah Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum. Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat. Contoh Kata tahanan, bermakna orang yang ditahan,tapi bisa juga hasil perbuatan menahan. Kata air, bermakna air yang berada di sumur, di gelas, di bak mandi atau air hujan. Makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Contoh Kata tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di bidang hukum, kata tahanan itu sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu perkara. f. Makna Idiomatikal dan Peribahasa Yang dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa ada berupa baik kata, frase, maupun kalimat maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal, baik unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contoh Kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna hal yg disebut makna dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari kayu. Makna pribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. Contoh Bagai, bak, laksana dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa g. Makna Kias dan Lugas Makna kias adalah kata, frase dan kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya. Contoh Putri malam bermakna bulan , Raja siang bermakna matahari. KALIMAT EFEKTIF Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis. Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa syarat sebagai berikut Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya dengan tepat. Sistematis dan tidak bertele-tele. Prinsip-Prinsip Kalimat Efektif Kalimat efektif memiliki prinsip-prinsip yang harus dipenuhi yaitu kesepadanan, kepararelan, kehematan kata, kecermatan, ketegasan, kepaduan dan kelogisan kalimat. Prinsip-prinsip kalimat efektif tersebut akan diuraikan sebagai berikut Kesepadanan Struktur Kespadanan adalah keseimbangan antara gagasan atau pemikiran dengan struktur bahasa yang dipakai dalam kalimat. Kesepadanan dalam kalimat ini diperlihatkan dengan adanya kesatuan gagasan dan kesatuan pikiran. Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadanan struktur, yaitu Memiliki subjek dan predikat yang jelas Contoh Bagi semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study tour. Tidak efektif Semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegaiatan study tour. Efekti Untuk menghindari ketidak jelasan subjek, hindarilah pemakaian kata depan Preposisi di depan Subjek. Tidak memiliki subjek yang ganda di dalam kalimat tunggal. Contoh Pembangunan Jalan itu kami dibantu oleh semua warga desa. Tidak Efekti Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh semua warga desa. Efektif Kepararelan Bentuk Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan di dalam kalimat. Yang dimaksud dengan kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk verba, maka kata selanjutnya berbentuk verba. Namun, jika kata pertama berbentuk nomina, maka kata selanjutnya berbentuk nomina. Contoh Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan pengaplikasian definisi kaliamt efektif. Tidak efektif Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan mengaplikasikan definisi kalimat efektif. Efektif Kehematan Kata Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan. Untuk menghindari pemborosan kata di dalam kalimat, hal yang harus diperhatikan adalah Menghindari unsur yang sama pada kalimat majemuk Contoh Saya tidak suka buah apel dan saya tidak suka duren. Tidak efektif Saya tidak suka buah apel dan duren. Efektif Menghindari kesinoniman dalam kalimat Contoh Saya hanya memiliki 3 buah buku saja. Tidak efektif Saya hanya memiliki 3 buah buku. Efektif Menghindari penjamakan kata pada kata jamak Para mahasiswa-mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. Tidak efektif Para mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. Efektif Kecermatan Yang dimaksud kecermatan adalah cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan makna ganda. Contoh Guru baru pergi ke ruang guru. Tidak efektif Guru yang baru pergi ke ruang guru. Efektif Ketegasan Kalimat efektif memberikan penegasan kepada ide pokonya sehingga ide pokonya menonjol di dalam kalimat tersebut. Berikut cara memberikan penegasan pada kalimat efektif. Meletakan kata kunci di awal kalimat Contoh Sudah saya baca buku itu. Tidak efektif Buku itu sudah saya baca. Efektif Mengurutkan kata secara bertahap. Contoh Pertemuan itu dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan presiden. Tidak efektif Pertemuan itu dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan gubernur. Efektif Kepaduan Kalimat efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah. Contoh Budi membicaran tentang pengalaman liburannya. Tidak efektif Budi membicarak pengalaman liburannya. Efekti Kelogisan Ide kalimat dalam kaliamat efektif dapat diterima atau dimengerti oleh akal dan sesuai dengan kaidah EYD. Contoh Waktu dan tempat kami persilahkan! Tidak efektif Bapak kepala sekolah kami persilahkan! Efekti Demikianlah prinsip-prinsip dalam kalimat efektif yang harus ada atau dipenuhi dalam pembuatan kalimat efektif agar tujuan komunikatif kalimat tersebut dapat tersampaikan dengan jelas kepada pendengar atau pembacanya. Contoh-contoh kalimat efektif Karena tidak tidur semalaman, dia terlambat datang ke sekolah. Dia memakai baju merah. Sesudah dipahami dan dihayati pancasila harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Tugas itu bagi saya sangat mudah. Semua mahasiswa diwajibkan membayar uang kuliah sebelum tanggal 26 Februari 2015. Saya sedang membuat nasi goreng. Selanjutnya, saya akan menjelaskan pentingnya air bagi kehidupan. ALINEA/PARAGRAF Pengertian Paragraf Beberapa pengertian paragraf menurut ahli, diantaranya “Alenia atau paragraf adalah satuan bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat” Lamuddin Finoza, 2004149. “Alenia atau paragraph merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan” Sabati Akhadiah, Maidar G. Arsjad, Sakura H. Ridwan, 1988 144. ” Alenia tidak lain dari suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau luas dari kalimat… merupakan himpunan dari kalimatyang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan Gorys Keraf, 197962. Manfaat Paragraf/Alinea Mengekspresikan gagasan tertulis dengan bentuk suatu pikiran yang tersusun logis dalam satu kesatuan. Menandai peralihan gagasan baru dalam sebuah karangan yang terdiri dari beberapa paragraf. Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis, sehingga pembaca dapat memahami dengan mudah. Memudahkan pengendalian variabel dalam karangan. Unsur-Unsur Paragraf Topik atau tema atau gagasan utama atau gagasan pokok atau pokok pikiran, topik merupakan hal terpernting dalam pembuatan suatu alinea atau paragraf agar kepaduan kalimat dalam satu paragraf atau alinea dapat terjalin sehingga bahasan dalam paragraf tersebut tidak keluar dari pokok pikiran yang telah ditentukan sebelumnya. Kalimat utama atau pikiran utama, merupakan dasar dari pengembangan suatu paragraf karena kalimat utama merupakan kalimat yang mengandung pikiran utama. Keberadaan kalimat utama itu bisa di awal paragraf, diakhir paragraf atau pun diawal dan akhir paragraf. Unsur-Unsur Paragraf Dalam pembuatan suatu paragraf harus memiliki unsur unsur pembangun paragraf agar paragraf atau alinea dapat berfungsi dengan sebagaimana mestinya. Topik atau tema atau gagasan utama atau gagasan pokok atau pokok pikiran, topik merupakan hal terpernting dalam pembuatan suatu alinea atau paragraf agar kepaduan kalimat dalam satu paragraf atau alinea dapat terjalin sehingga bahasan dalam paragraf tersebut tidak keluar dari pokok pikiran yang telah ditentukan sebelumnya. Kalimat utama atau pikiran utama, merupakan dasar dari pengembangan suatu paragraf karena kalimat utama merupakan kalimat yang mengandung pikiran utama. Keberadaan kalimat utama itu bisa di awal paragraf, diakhir paragraf atau pun diawal dan akhir paragraf. Berdasarkan penempatan inti gagasan atau ide pokoknya alinea dibagi menjadi beberapa jenis yaitu Deduktif kalimat utama diletakan di awal alinea Induktif kalimat utama diletakan di akhir anilea Variatif kalimat utama diletakan di awal dan diulang pada akhir alinea Deskriptif/naratif kalimat utama tersebar di dalam seluruh alinea Kalimat penjelas, merupakan kalimat yang berfungsi sebagai penjelas dari gagasan utama. Kalimat penjelas merupakan kalimat yang berisisi gagasan penjelas. Judul kepala karangan, untuk membuat suatu kepala karangan yang baik, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu Provokatif menarik Berbentuk frase Relevan sesuai dengan isi Logis Spesifik Ciri-Ciri Kalimat Utama Dan Penjelas Ciri kalimat utama Mengandung permasalahan yang potensial untuk diuraikan lebih lanjut. Mengandung kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri. Mempunyai arti yang jelas tanpa dihubungkan dengan kalimat lain. Dapat dibentuk tanpa kata sambung atau transisi. Ciri kalimat pendukung Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri. Arti kalimatnya baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu alinea. Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung atau kalimat transisi. Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang bersifat mendukung kalimat topik. Tujuan Pembentukan Paragraf Memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap satu tema. Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan normal. Struktur Paragraf Paragraf terdiri atas kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas atau kalimat pendukung. Kalimat topik merupakan kalimat terpenting yang berisi ide pokok alinea. Sedangkan kalimat penjelas atau kalimat pendukung berfungsi untuk menjelaskan atau mendukung ide utama. Syarat-Syarat Paragraf Kesatuan Tiap alenia hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi alenia adalah mengembangkan gagasan pokok atau topik tersebut. Oleh karena itu, dalam pengembangannya tidak boleh ada unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan tersebut. Alenia dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam alenia itu tidak telepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik. Koherensi Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah alenia ialah koherensi atau kepaduan, yakni adanya hubungan yang harmonis, yang memperlihatkan kesatuan kebersamaan antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam sebuah alenia. Alenia yang memiliki koherensi akan sangat memudahkan pembaca mengikuti alur pembahasan yang disuguhkan. Ketiadaan Koherensi dalam sebuah alenia akan menyulitkan pembaca untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lainnya. Dalam koherensi, termasuk pula keteraturan sistematika urutan gagasan. Gagasan dituturkan pula secara teratur dari satu detail ke detail berikutnya, dari satu fakta ke fakta selanjutnya, dari satu soal ke soal yang lain, sehingga pembaca dapat dengan mudah mengikuti uraian yang disajikan dengan seksama. Untuk menyatakan kepaduan atau koherensi dari sebuah alenia, ada bentuk lain yang sering digunakan yaitu penggunaan kata atau frasa kelompok kata dalam bermacam-macam hubungan. Macam-Macam Paragraf Eksposisi Berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi. Contoh Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat. Argumentasi Bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta konsep sebagai alasan/ bukti. Contoh Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton 1992 bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana. Deskripsi Berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, merasa atau mendengar hal tersebut. Contoh Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji gadis yang mempesona di hadapanya. Ya, karena memang gadis didepannya itu sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh tampak sempurna. Persuasi Karangan ini bertujuan mempengaruhi emosi pembaca agar berbuat sesuatu. Contoh Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling mencintai. Karangan ini berisi rangkaian peristiwa yang susul-menyusul, sehingga membentuk alur cerita. Karangan jenis ini sebagian besar berdasarkan imajinasi. Contoh Jam istirahat. Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengernyitakan kening,tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali,seakan diruang perpustakaan hanya ada dia. Paragraf dalam Sebuah Karangan Paragraf pembuka Paragraf pembuka biasanya memiliki sifat ringkas menarik, dan bertugas menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan. Contoh paragraf pembuka Pemuli baru saja usai. Sebagian orang, terutama caleg yang sudah pasti jadi, merasa bersyukur karena pemilu berjalan lancer seperti yang diharapkan. Namun, tidak demikian yang dirasakan oleh para caleg yang gagal memperoleh kursi di parlemen. Mereka mengalami stress berat hingga tidak bias tidur dan tidak mau makan. Paragraf penghubung Paragraf penghubung berisi inti masalah yang hendak disampaikan kepada pembaca. Secara fisik, paragraf ini lebih panjang dari pada paragraf pembuka. Sifat paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari jenis karangannya. Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif, eksposisis, paragraf-paragraf itu harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang. Paragraf penutup Paragraf penutup biasanya berisi simpulan untuk argumentasi atau penegasan kembali untuk eksposisi mengenai hal-hal yang dianggap penting. Contoh paragraf penutup Demikian proposal yang kami buat. Semoga usaha kafe yang kami dirikan mendapat ridho dari Tuhan YME serta bermanfaat bagi sesame. Atas segala perhatiannya, kami ucapkan terima kasih. Macam-macam paragraf berdasarkan letak kalimat utama Paragraf deduktif Paragraf deduktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal paragraf dan dimulai dengan pernyataan umum yang disusun dengan uraian atau penjelasan khusus. Contoh paragraf deduktif Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya, sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya untuk membuka usaha baru. Paragraf induktif Paragraf induktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di akhir paragraf dan diawali dengan uraian atau penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan umum. Contoh paragraf induktif Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya. Tanpa bahasa, sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancer. Informasi tersendat-sendat. Memang bahasa merupakan alat komunikasi yang penting, efektif dan efisien. Paragraf campuran Paragraf campuran ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal dan akhir paragraph. Kalimat utama yang terletak diakhir merupakan kalimat yang bersifat penegasan kembali. Contoh paragraf campuran Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bias maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi. Macam-macam paragraf berdasarkan isi Paragraf deskripsi Paragraf deskripsi ditandai dengan kalimat utama yang tidak tercantum secara nyata dan tema paragraf tersirat dalam keseluruhan paragraf. Biasanya dipakai untuk melakukan sesuatu, hal, keadaan, situasi dalam cerita. Contoh paragraf deskripsi Dari balik tirai hujan sore hari, pohon-pohon kelapa di seberang lembah itu seperti perawan mandi basah, segar penuh gairah dan daya hidup. Pelepah-pelepah yang kuyup adalah rambut basah yang tergerai dan jatuh di belahan punggung. Batang-batang yang ramping dan meliuk-liuk oleh hembusan angin seperti tubuh semampai yang melenggang tenang dan penuh pesona. Paragraf proses Paragraf proses ditandai dengan tidak terdapatnya kalimat utama dan pikiran utamanya tersirat dalam kalimat-kalimat penjelas yang memaparkan urutan suatu kejadian atau proses, meliputi waktu, ruang, klimaks dan antiklimaks. Paragraf efektif Paragraf efektif adalah paragraf yang memenuhi ciri paragraf yang baik. Paragrafnya terdiri atas satu pikiran utama dan lebuh dari satu pikiran penjelas. Tidak boleh ada kalimat sumbang, harus ada koherensi antar kalimat. Paragraf merupakan sebuah kesatuan pikiran yang mengungkapkan ide pokok dalam bentuk rangkaian kalimat yang berkaitan dengan bentuk kohesi dan makna koherensi. Berikut ini merupakan pola pengembangan paragraf, yaitu Perkembangan Alinea 1 Pola paragraf definisi merupakan penjelasan sesuatu dengan jelas. Pola paragraf definisi biasanya menggunakan sebuah konjungsi adalah, ialah, yaitu yang dicantumkan pada paragraf supaya lebih mudah dimengerti. Contoh Pola Pengembangan Paragraf Definisi Apakah itu Intranet? Kata intranet ini mungkin masih banyak orang awam yang belum mengetahuinya. Kata intranet hampir menyerupai dengan kata internet, namun terdapat perbedaan dari internet dan intranet. Jadi intranet merupakan sebuah jaringan komputer yang berbasis protokol TCPTransfer Control Protokol atau IPInternet Protokol seperti halnya sebuah internet, hanya saja intranet digunakan dalam keadaan internal dari sebuah lembaga, perusahaan, kantor, bahkan warung internetWARNET pun dapat dikategorikan sebagai intranet. Antar Intranet dapat saling berkomunikasi satu dengan yang lainnya melalui sambungan Internet yang memberikan tulang punggung komunikasi jarak jauh di dalam suatu tempat atau wilayah. Akan tetapi sebuah intranet tidak perlu terhubung menuju sambungan jaringan ke luar tempat atau wilayah, sehingga intranet hanya terhubung dalam suatu jaringan di dalam suatu tempat atau wilayah. Intranet menggunakan semua protocol TCPTransfer Control Protokol atau IPInternet Protokol dan aplikasinya, sehingga semua komputer yang terhubung dengan intranet memiliki “private” internet. 2 Pola paragraf sebab-akibat atau yang pada umumnya disebut pola kausal, dapat dinyatakan dengan menggunakan sebab-akibat suatu peristiwa. Dalam hal ini sebab dapat menjadi gagasan utama, sedangkan akibat dapat menjadi perincian pengembangannya, ataupun sebaliknya. Contoh Pola Pengembangan Paragraf Sebab-Akibat Jika kita sering berolahraga dengan benar, tentunya tubuh kita akan sehat dan bugar. Olahraga dapat memiliki banyak manfaatnya terhadap kesehatan tubuh. Dengan proporsi dan pilihan yang tepat dengan dilakukan secara teratur, olahraga yang kita lakukan dapat mencegah dan membantu proses penyembuhan penyakit. Telah banyak riset yang terus mencoba menemukan manfaat lain dari olahraga. Selain dapat menjaga tubuh dan mencegah kegemukan, olahraga juga dapat sebagai alternative untuk proses penyembuhan seperti halnya obat-obatan. Karena olahraga memiliki lebih sedikit efek samping dibanding jenis pengobatan lainnya. Sebenarnya yang membuat olahraga mampu berfungsi sebagai salah satu cara pengobatan yang efektif yaitu olahraga dapat memperkuat otot dalam tubuh yang bekerja paling keras, yakni jantung. Olahraga teratur mampu memacu tubuh mencapai detak jantung optimal 60 hingga 70 persen dari detak jantung maksima, sehingga mampu membuat jantung berdetak secara efisien, memperkuat pembuluh arteri dan melancarkan sirkulasi darah. 3 Pada pola paragraf proses merupakan termasuk jenis paragraf deskriptif. Paragraf proses yaitu paragraf yang menjelaskan atau menginformasikan suatu proses terjadinya atau proses bekerjanya sesuatu urutan langkah. Contoh Pola Pengembangan Paragraf Proses Tentunya kita semua mengetahui makanan yang bernama tempe. Tempe yang sering kita konsumsi merupakan makanan murah dan bergizi. Banyak protein yang dikandung oleh tempe. Cara membuat tempe pun tidaklah sulit. Bahan yang akan diolah mudah diperoleh, yaitu kacang kedelai atau kacang-kacangan lain. Namun, bahan yang biasanya digunakan adalah kacang kedelai. Untuk membuat tempe, langkah yang pertama kali dilakukan yaitu mengambil kedelai yang sudah kita siapkan sebelumnya. Kita pilih terlebih dahulu kedelai yang bagus dan bersih. Kemudian, cuci bersih dengan air yang mengalir, dan kita rebus sampai terlihat masak. Rebusan tempe yang masih panas tersebut dibiarkan satu atau dua jam sehingga menjadi dingin. Kulit kedelai masih melekat walaupun ada juga yang sudah mengelupas. Sekarang usahakan supaya kulit kedelai mengelupas semua. Caranya, masukkan kedelai ke dalam bakul, letakkan di bawah pancuran air dan aduk secara terus-menerus. Lakukan hal itu sampai kedelai terkelupas semuanya. Sambil membersihkan kedelai, didihkan air didalam panci besar, kemudian masukan kedelai yang telah dibersihkan dan rebus hingga empuk, setelah terlihat empuk, angkat dan buang airnya. Cuci kedelai dibawah air mengalir untuk membuang sisa kulit arinya, kemudian tiriskan hingga kering. Atur kedelai didalam wadah dengan permukaan lebar, setelah dingin taburi permukaan kedelai dengan ragi tempe, aduk hingga merata, kemudian masukan kedelai yang telah diberi ragi kedalam plastik secara merata, tutup rapat ujungnya, kemudian lubangi plastik tersebut secukupnya untuk udara. Simpan bungkusan tempe tersebut ditempat yang terdapat sirkulasi udaranya selama kurang lebih 35 jam. 4 Paragraf contoh merupakan sebuah paragraf ilustrasi. Paragraf contoh dikembangkan menggunakan sebuah contoh atau ilustrasi. Contoh atau ilustrasi pada paragraph tersebut yang memberikan penjelasan terhadap gagasan paragraf, baik dengan cara deduktif, induktif, atau paduan keduanya. Contoh Pola Pengembangan Paragraf Contoh Sebagai seorang pengusaha harus memiliki modal untuk mambangun usahanya. Seorang pengusaha besar biasanya memiliki modal yang besar dalam membangun usahanya. Sedangkan pengusaha kecil biasanya memiliki modal yang kecil dalam membangun usahanya. Baik itu bermodal besar maupun bermodal kecil, seorang pengusaha diarahkan untuk mengolah dan mengatur modal tersebut agar mendapatkan keuntungan yang hendak dicapai. Bagi pengusaha yang bermodal kecil, jika berani mengambil resiko, rintangan dan tantangan dalam mengembangkan usahanya, maka akan dapat menjadi seorang pengusaha yang besar. Jatuh-bangun sebuah usaha akan memberikannya pengalaman dan kekuatan untuk memperluas usahanya sehingga menjadikannya seorang pengusaha yang besar. Banyak pengusaha besar berawal dari modal yang kecil sehingga memiliki usaha bermodal besar dengan sikap pantang menyerah dan memiliki keberanian dalam membangun usahanya. Hal tersebut merupakan sebuah contoh bahwa seorang pengusaha yang bermodal kecil dapat menjadi pengusaha besar dengan keberanian dan sikap pantang menyerah. 5 Pola Paragraf Klasifikasi merupakan suatu pengembangan paragraph melalui pembentukan kelompok yang berdasar atas sifat-sifat tertentu. Kata atau ungkapan yang biasanya digunakan yaitu dibagi menjadi, digolongkan menjadi, terbagi menjadi, dan mengklasifikasikan. Contoh Pola Pengembangan Paragraf Klasifikasi Pengklasifikasian pada tumbuhan memiliki tujuan dan manfaat. Klasifikasi tumbuhan merupakan suatu cara sebagai pembentukan kelas-kelas, kelompok, atau unit melalui pencarian keseragaman dalam keanekaragaman tumbuhan. Pengklasifikasian tumbuhan memiliki tujuan untuk menyederhanakan ruang lingkup obyek studi yang akan diteliti. Klasifikasi tumbuhan dapat membantu dalam mengetahui jenis-jenis tumbuhan, mengetahui hubungan antar tumbuhan dan mengetahui kekerabatan antar tumbuhan yang beraneka ragam. Perbedaan dasar yang digunakan dalam mengadakan klasifikasi tumbuhan tentu saja memberikan hasil klasifikasi yang berbeda-beda, yang dari waktu ke waktu menyebabkan lahirnya Sistem Klasifikasi yang berbeda. Namun pada prinsipnya, kesamaan-kesamaan atau keseragaman itulah yang dijadikan dasar dalam mengadakan klasifikasi, misalnya klasifikasi berdasarkan lingkungan hidupnya, seperti tumbuhan air, tumbuhan darat, tumbuhan dataran tinggi, tumbuhan dataran rendah, atau berdasarkan kegunaannya seperti tumbuhan sandang, obat-obatan, hias, dan lain sebagainya. Sumber PengertianDiksi atau Pilihan Kata Pilihan kata atau diksi adalah pemilihan kata - kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Diksi atau pilihan kata mencakup pengertian kata - kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata - kata yang tepat atau menggunakan ungkapan - ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan
Tanggapan terhadap isi buku fiksi dilakukan dengan mengomentari unsur-unsur dari buku fiksi tersebut. Adapun unsur-unsur buku fiksi yang dapat dikomentari antara lain sampul buku, rincian subbab buku, tokoh dan penokohan, tema cerita, bahasa yang digunakan, penyajian alur cerita, dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita. Dalam menyajikan tanggapan terhadap isi buku fiksi dapat dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan terhadap unsur-unsur buku tersebut dan jawaban dari pertanyaan tersebut dapat dibangun menjadi komentar terhadap isi buku. Adapun contoh pertanyaannya seperti Bagaimana judul dan tema dikembangkan?Apakah ada keunikan dalam pengembangan judul dan tema? Bagaimana pengarah mengembangkan latar cerita? Bagaimana pengarang mengembangkan tokoh dan watak tokoh? Bagaimana pilihan kata yang digunakan pengarang? Apakah kalimat-kalimat yang digunakan pengarang memiliki keunikan dan kekuataan dalam membangun cerita? Dengan demikian, tanggapan terhadap isi buku fiksi dilakukan dengan mengomentari unsur-unsur dari buku fiksi tersebut.
.
  • guwv0jvkq7.pages.dev/261
  • guwv0jvkq7.pages.dev/102
  • guwv0jvkq7.pages.dev/278
  • guwv0jvkq7.pages.dev/368
  • guwv0jvkq7.pages.dev/1
  • guwv0jvkq7.pages.dev/272
  • guwv0jvkq7.pages.dev/183
  • guwv0jvkq7.pages.dev/56
  • guwv0jvkq7.pages.dev/327
  • bagaimana pilihan kata yang digunakan pengarang